Budaya dan Tradisi di Bali yang Jadi Daya Tarik Wisatawan, Apa saja itu? Pulau Bali terkenal dengan pulau yang memiliki banyak Budaya dan tradisi yang unik yang sudah ada sejak lampau yang diturunkan oleh nenek moyang di Bali. Bila Kebiasaan atau tradisi ini dapat dilestarikan sampai saat ini, pasti jadi sebuah tradisi unik.
Sama seperti yang kita banyak lihat di daerah Indonesia termasuk Bali, peninggalan atau warisan budaya masa lalu itu, yang berawal dari peninggalan Bali kuno.
Budaya dan tradisi yang diturunkan itu kadang sebagai salah satu aturan hidup sekelompok warga yang tradisional dan jadi suatu hal yang bagus sekali untuk dipahami, bukan hanya untuk wisatawan, bahkan untuk masyarakat lokal.
Beberapa tradisi unik yang ditawarkan jadi sebuah pertunjukan dan sebagai suguhan untuk turis yang berlibur ke pulau Bali. Budaya dan tradisi unik ini bisa mengalami perkembangan dan dilestarikan sampai saat ini benar-benar terkait dengan kepercayaan masyarakat akan ritual atau acara yang terbungkus dalam sebuah tradisi.
Kepercayaan masyarakat akan adat yang sudah dilakukan oleh masyarakat pada suatu tempat, berdasar pada kepercayaan masyarakat setempat, seperti kepercayaan bisa terjadi bencana bila tradisi atau ritual itu tidak dilaksanakan.
karena terkait dengan kepercayaan beragama untuk penghormatan ke Tuhan atau pada nenek moyang, hingga jadi sebuah budaya untuk masyarakat di pulau Bali.
Tradisi unik yang diadakan pada beberapa tempat di pulau Bali, jadi hal yang spesial untuk dinikmati oleh wisatawan. Apa lagi mereka yang sedang berlibur di pulau Dewata, dapat mendapati beberapa rutinitas atau beberapa hal tradisional pada jaman kekinian saat ini akan kan memperoleh pengalaman spesial yang tidak dapat diketemukan di wilayah yang lain.
Jenis-jenis Budaya dan Tradisi Unik di pulau Bali
Berikut jenis-jenis tradisi unik yang ada di sejumlah tempat di pulau Bali, mari lihat detilnya;
1. Tradisi Ngaben di Bali
Sebagian besar masyarakat Hindu di pulau Bali melakukan tradisi Ngaben ketika orang meninggal, meskipun ada sejumlah warga yang tidak melakukan upacara Ngaben. Seperti warga Bali Aga yang ada di desa Tenganan karangasem dan Trunyan kintamani.
Saat upacara Ngaben, jasad atau badan orang meninggal dapat dikubur lebih dulu atau dikremasi langsung. Upacara Ngaben diselenggarakan sebagai bentuk bakti manusia dan kewajiban suci ke leluhurnya atau orang yang sudah meninggal.
Maksud dilakukannya upacara Ngaben untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta yang ada di badan kasar manusia ke aslinya. Sedangkan badan halus (atma) yang sudah tinggalkan bisa lebih cepat mendapatkan penyucian dan kembali kesisi-Nya.
Tata cara upacara Ngaben juga tidak selalu sama sesuai keadaan, situasi dan tempat Ngaben itu dilakukan, tetapi yang paling penting dasar atau maksudnya sama.
Karena Hindu tidak di Bali saja tapi menyebar di kepulauan Indonesia mempunyai budaya dan tata cara berlainan. Budaya dan tradisi unik ini menjadi satu diantara atraksi wisata unik yang bisa ditemukan oleh para wisatawan yang berlibur di Bali.
2. Hari Raya Nyepi
Perayaan Hari Raya Nyepi di pulau Bali, hari raya ini diadakan sekali dalam satu tahun sebagai penyambutan tahun baru Isaka yang jatuhnya di bulan mati (Tilem) sasih Kesanga.
Sebuah penyambutan tahun baru dengan cara berbeda di Bali, yakni dengan keheningan, ketenangan, lengang dan sepi, itu penyebabnya semua masyarakat di saat hari raya Nyepi tidak berpergian, Tidak menyelakan api, membuat keributan atau bersenang-senang.
Termasuk sarana umum tutup terkecuali rumah sakit. Maksud dari perayaan ini untuk dapat mawas diri atau mulat sarira dan merenung dalam situasi sunyi dapat fokus lebih maksimal, sepanjang hari tinggal di dalam rumah dan bersembahyang lakukan brata dan meditasi.
Supaya dapat mengawali kehidupan yang lebih bagus di bulan selanjutnya pada sasih Kedasa, semua kedas, bersih dan suci untuk mengawali kembali kehidupan baru. Budaya dan tradisi ini menjadi satu diantara hal unik di Bali.
3. Tradisi Ngerebong
Kata Ngerebong datang dari kata “ngereh” dan “baung” hingga jadi ngerebong, penyatuan dua kata itu memiliki arti akasa pertiwi atau atas bawah, ada pula yang mendefinisikan Ngerebong itu kumpul, dipercaya saat tersebut Dewa sedang berkumpul dan lakukan ritus yang tepat.
Di saat acara Ngerebong masyarakat desa Kesiman, Denpasar berkumpul di Pura Pengrebongan, Desa Kesiman Denpasar, mengarak Barong dan Rangda sebagai lambang atau petapakan Ida Bhatara melingkari wantilan sekitar 3x disertai oleh gamelan baleganjur.
Saat berkeliling-keliling itu banyak masyarakat yang kerauhan atau trans, masyarakat itu ada yang mengeram, berteriak, menari dan ada pula menangis, mereka kadang-kadang beradegan beresiko minta keris untuk ditancapkan di tubuh, leher atau kepala, tapi anehnya tidak satupun yang cedera, mereka yang kerauhan itu semua kebal tidak terlukai.
Tradisi unik di pulau Bali ini diselenggarakan setiap enam bulan sekali yakni di hari Minggu, Pon wuku Medangsia atau 8 hari sesudah Hari Raya Kuningan. Budaya dan tradisi peninggalan nenek moyang ini benar-benar unik.
4. Tradisi Megibung di Karangasem
Tradisi makan bersama ketika ada acara upacara adat jadi budaya warga Karangasem di Bali Timur, seperti ketika ada acara pernikahan, otonan, 3 bulanan atau upacara adat yang lain, masih bertahan sampai saat ini di Kabupaten Karangasem.
Meskipun beberapa masyarakat saat ini kadang menyiapkan makan prasmanan (makan jalan) ketika ada acara, tapi tradisi megibung ini tidak dapat ditinggalkan demikian saja.
Bahkan juga di saat Bupati Karangasem I Wayan Geredeg pernah melangsungkan megibung massal di tempat wisata Taman Ujung Karangasem dan memecahkan rekor Muri.
Megibung atau makan bersama oleh satu kelompok orang yang terbagi dalam 5-6 orang diberi nama “sele” duduk mengelilingi “gibungan” yakni segepok nasi di atas dulang atau nampan.
Gibungan dihidangkan lengkap dengan sayur dan lauk pauk yang diberi nama “karangan” dan mereka makan bersama nikmati menikmati gibungan dan karangan.
5. Tradisi Makepung Lampit
Makepung sendiri memiliki arti berkejar-kejaran, memakai sepasang hewan kerbau, dan di pulau Dewata Bali cuman dapat anda temui di kabupaten Jembrana, hingga dengan tradisi Makepung ini, kabupaten Jembrana juga dikenal dengan “Bumi Makepung”.
Beradu kecepatan dengan kerbau diatur dengan seorang joki atau sais, berlomba-lomba mengejar kerbau yang berpacu di depannya, juaranya ditetapkan oleh kerbau yang sanggup mempersempit atau memperlonggar jarak pacuan di antara dua pasang kerbau yang berkejar-kejaran, tidak dipastikan siapakah yang terlebih dahulu ke garis finish.
Ini jadi tradisi tahunan yang dituruti oleh barisan tani di Jembrana. Kerbau pacuan diputuskan dan diperlakukan khusus bak seorang olahragawan, bahkan juga sebelum perlombaan mulai pemilik tak lupa melakukan ritual.
6. Tradisi Perang Pandan
Mekare-kare ini juga dikenal dengan perang pandan, tradisi unik di pulau Bali cuman ada di desa Tenganan, Karangasem yang juga dikenal sebagai salah satu desa Bali Aga.
Perang dilaksanakan secara berhadap-hadapan satu lawan satu dengan masing-masing menggenggam segepok pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan sebagai satu diantara desa Bali Aga, yang mengeklaim sebagai warga Bali Asli.
Mekare-kare atau perang Pandan diadakan saat Ngusaba kapat (Sasih Sambah) atau sekitar bulan Juni. Budaya dan tradisi unik itu diadakan di halaman Bale Agung. Digelar sepanjang dua hari dan mulai jam 2 sore.
Ritual atau acara itu mempunyai tujuan untuk menghormati Dewa Perang atau Dewa Indra yang disebut dewa Paling tinggi untuk umat Hindu di Tenganan.
7. Tradisi Mekotek
Acara atau ritual Mekotek ini cuman bisa anda dapatkan di desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Badung. Juga dikenal dengan Gerebeg Mekotek, tradisi unik di pulau Bali ini diadakan tiap enam bulan (210 hari) sekali, persisnya saat perayaan Hari Raya Kuningan (10 hari sesudah Galungan).
Acara ini diadakan dengan tujuan untuk menolak Bala membuat perlindungan dari serangan penyakit dan meminta keselamatan.
Pada awalnya tradisi Mekotek, memakai tongkat besi, untuk menghindar supaya peserta tidak ada yang cedera, karena itu dipakailah kayu Pulet sepanjang 2-3.5 mtr. yang kulitnya telah dikupas hingga kelihatan lembut.
Tongkat-tongkat itu digabungkan jadi satu formasi sebuah kerucut, suara “tek,tek” kayu bertabrakan itu hingga dikenali dengan Mekotek. Budaya dan tradisi unik di Badung Bali ini tetap terlindungi lestari sampai saat ini.
8. Tradisi Perang Air
Perang Air atau Siat Yeh di Gianyar adalah tradisi unik di Bali yang dipercaya sebagai wujud pembersihan diri dari hal-hal negatif yang terjadi di tahun sebelumnya supaya pada tahun yang baru ini diharap tidak menimpa mereka kembali.
Menurut salah satu warga, menjelaskan di awal tahun yang baru wajib untuk mereka melakukan pembersihan pada alam sekeliling dan diri kita supaya dampak negatif yang berada di sekitar lingkungan atau dalam diri sendiri bisa segera dihilangkan agar jadi personalitas yang lebih bagus kembali dari tahun awalnya.
Selainnya sebagai simbol untuk bersihkan diri dan sekitar lingkungan, sejarah desa Suwat, kabupaten Gianyar terdapat sumber mata air yang dipercaya sebagai obat dari semua jenis penyakit dan air konsumsi khusus oleh raja-raja pada jaman kerajaan.
Untuk menghargai sumber mata air itu, kami warga Desa Suwat harus mengadakan Tradisi Perang Yeh ini, supaya sumber mata air yang berada di desa mereka terus mengalir’ katanya
9. Tradisi Aci Manda dan Nyepi Desa di Bugbug Karangasem
Upacara Aci Manda ialah sebuah tradisi Ngesanga yang hanya dilakukan di desa Pakraman Bugbug. Ini dilakukan secara turun-temurun sebagai sebuah budaya yang mentradisi. Dan sebagai satu khasanah budaya yang dipunyai oleh Bali pada umumnya.
Yang wajib dijaga kelangsungannya di mana kata Manda ini memiliki arti keliling atau mengelilingi, menurut kamus Jawa Kuno-Indonesia (1994 : 46-37)
Tradisi Ngesanga/Manda ini dilakukan satu tahun sekali. persisnya tiap sasih kawulu nuju busaya, sajeroning panglong ping: 13,14,15.
Upacara ini dilakukan berdasarkan atas keyakinan turun-temurun dari nenek moyang dan warga Desa Bugbug melakukan tradisi itu dengan apa adanya.
Sesuai yang diturunkan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun dan warga tidak berani mengurangi atau melebihkan upacara itu.
Manda ini dilakukan cuman satu hari Warga melakukan Manda karena mereka berkeyakinan jika dengan melakukan tradisi itu. Warga akan mendapat kesuburan kesejahteraan dan ketenangan.
10. Penguburan di desa Trunyan
Secara umum orang meninggal di Bali, khususnya untuk umat Hindu disamping dikubur dapat juga dipilih dengan cara dikremasi langsung, akan tetapi satu tradisi unik dengan budaya yang lain bisa anda dapatkan di Desa Trunyan Kintamani, kabupaten Bangli, yang sebagai satu diantara desa Bali Aga.
Saat orang meninggal, karena itu tubuh atau jasad orang itu cuman ditempatkan di bawah pohon Menyan, jasad itu ditempatkan di atas tanah tanpa dikubur, cuma dipagari oleh bambu (ancak saji) supaya tidak dicari oleh binatang atau hewan liar.
Anehnya tidak sedikitpun dari jasad itu mengeluarkan bau busuk, hingga kemudian tinggal tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nanti ditempatkan pada suatu tempat di area itu, pemakaman di Trunyan menjadi pelengkap daftar budaya dan tradisi unik bumi Nusantara – Indonesia.
Karena keunikan itu pemakaman di desa Trunyan jadi tujuan wisata yang saat berlibur di pulau Dewata.
11. Tradisi Omed-omedan di Sesetan
Budaya dan tradisi unik ini diadakan di tengah-tengah kota Denpasar, persisnya di Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Diadakan satu tahun sekali, bersamaan saat hari Ngembak Geni atau satu hari sesudah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai jam 14.00 sampai 16.00 selama 2 jam.
Acara ini cuma diikuti oleh kelompok muda-mudi atau yang belum menikah dengan usia sekurang-kurangnya 13 tahun, omed-omedan memiliki arti tarik menarik antara pemuda dan pemudi warga banjar dan kadang diimbangi dengan adegan ciuman antara ke-2 nya.
Tradisi ini diadakan sebagai bentuk keceriaan setelah Hari Raya Nyepi, ini sebuah warisan budaya nenek moyang di pulau Bali, mempunyai nilai sakral dan dipercayai akan alami hal jelek bila tradisi ini tidak diadakan.
Tradisi ini menjadi satu diantara atraksi wisata yang dapat dilihat wisatawan saat berlibur di pulau Dewata Bali di hari Ngembak Geni.
12. Gebug Ende di desa Seraya
Atraksi ini juga dikenal dengan perang rotan, yang mana 2 orang laki-laki berhadap-hadapan dan saling serang dengan sebatang rotan sepanjang 1.5-2 mtr. selanjutnya tangan satunya menggenggam tameng untuk menangkis serangan musuh.
Antara ke-2 nya terbatasi dengan tangkai rotan (garis tengah) supaya tidak masuk ke daerah musuh. Perang rotan ini tidak perlu kecakapan saja tapi juga keberanian, karena tiap peserta bisa jadi terkena pukulan rotan musuh.
Tradisi unik di desa Seraya, Karangasem – Bali Timur ini jadi sebuah budaya yang diturunkan sampai saat ini, tujuan khusus dari acara Gebug Ende ini ialah ritus tradisional untuk meminta hujan, dan ini dilaksanakan pada musim kemarau yakni pada bulan Oktober – Nopember tiap tahunnya.
Keadaan geografis dari dusun Seraya yang ada di daerah perbukitan memang rawan dengan permasalahan air, itu penyebabnya ritual meminta hujan ini diadakan di desa ini.
13. Tradisi Mepeed di Sukawati
Desa Sukawati bukan hanya populer sebagai tujuan wisata belanja dengan pasar seni yang menyediakan berbagai jenis oleh-oleh khas bali untuk wisatawan yang berlibur ke pulau Bali, tapi Sukawati mempunyai tradisi Mepeed sebagai sebuah budaya dan kearifan lokal yang dipertahankan sampai sekarang ini dan jadi atraksi yang menarik
Mepeed ialah berbaris bersama-sama sampai ratusan meter dengan pakaian dengan ciri khas tradisi Bali, umumnya mereka ialah golongan ibu yang membawa banten gebogan yakni serangkaian buah, jajan, janur sebagai fasilitas upacara keagamaan yang diatur bertingkat.
Tapi Mepeed di Sukawati diikuti oleh semua kelompok, lelaki atau wanita dari anak-anak sampai lanjut usia, dengan baju adat Payas Agung dengan pakem Sukawati, Mepeed ini sebuah peninggalan budaya yang dipertahankan sampai sekarang ini.
14. Tradisi Mebuug-buugan
Sebuah tradisi unik di pulau Bali yang diadakan tiap satu tahun sekali persisnya tiap hari Ngembak Geni (satu hari sesudah perayaan Nyepi), tradisi ini sebetulnya ialah warisan budaya leluhur, tapi sempat lama vakum.
Tetapi tahun-tahun ini tradisi Mebuug-buugan kembali diadakan, lokasinya sendiri ialah di kawasan rawa-rawa hutan Mangrove di desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali.
Di saat tradisi ini berjalan, peserta akan membaluri badan mereka dengan lumpur, apa lagi memang tempatnya di area rawa-rawa berlumpur di desa itu, sesudah semua senang mandi lumpur, mereka ke pantai Kedonganan untuk bersihkan diri.
Maksud dilaksanakan tradisi ini sebagai simbolis sebagai wujud membersihkan diri atau tubuh dari pengaruh negatif yang nanti sesudah diberi lumpur akan dibersihkan kembali di pantai.
15. Sapi Gerumbungan di Buleleng
Budaya dan Tradisi unik di wilayah Bali Utara ini melombakan sepasang sapi yang pada lehernya dipasang sebuah genta besar yang diberi nama “Gerumbungan” selanjutnya sapi dihias beragam aksesori supaya kelihatan gagah dan cantik.
Pada ke-2 leher sapi itu sama-sama dihubungkan dengan sebatang kayu membentang namanya “uga” selanjutnya di tengah-tengahnya sebuah kayu membentang sejauh 3 mtr. untuk seorang sais atau joki mengontrol sapi itu.
Yang diputuskan ialah sapi jantan saja itu juga yang memiliki badan kekar. Persyaratan penyeleksian juara dan penilaian bukan berdasar ada kecepatan, penilaian berdasar keserasian gerak seperti gerak kaki yang seragam, ekor sapi yang meliuk ke atas dan kepala sapi yang mendangak ke atas.
Sebagai budaya peninggalan leluhur supaya masih tetap lestari, karena itu sapi Gerumbungan diadakan tiap HUT kab. Buleleng di Bulan Agustus.
16. Tradisi Mesbes Bangke
Sebuah budaya dan tradisi yang betul-betul ekstrim dan unik di pulau Bali. Tradisi ini terjadi di Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar. Tradisi ini benar-benar unik, tradisi Mesbes Bangke atau mengoyak-oyak mayat kelihatan menyeramkan dan menakutkan.
Apa lagi untuk mereka yang baru pertama kalinya atau kenal tradisi itu. Yang mana jasad atau mayat seorang yang hendak dikremasi (ngaben), akan dicabik-cabik oleh masyarakat banjar Buruan sebelum dibawa ke tempat pembakaran mayat, mayat itu akan ditunggu oleh masyarakat di luar halaman rumah.
Sesudah mayat itu keluar pintu gerbang rumah, baru masyarakat mengoyak-oyak mayat itu, karena semangat, bahkan juga ada sampai naik ke atas mayat yang digotong.
Tradisi cuma ini berlaku buat mereka yang ngaben sendiri (pribadi) tidak berlaku untuk ngaben massal. Budaya dan tradisi unik di Gianyar ini masih berlangsung sampai saat ini.
17. Tradisi Megoak-goakan di Buleleng
Awal berdirinya tradisi ini sejak masa kejayaan Ki Barak Panji Sakti yang sempat memerintah Kerajaan Buleleng, tradisi unik megoak-goakan ini sendiri masih berjalan dan bertahan sampai sekarang ini di desa Panji Buleleng.
Tradisi ini diselenggarakan untuk menghormati jasa dari raja Ki Barak Panji yang populer sebagai pimpinan yang murah hati dan mempunyai jiwa kepimpinan tinggi.
Permainan tradisional itu ada, karena raja di inspirasi oleh seekor goak (gagak) yang membidik mangsanya, dan gagak itu membuat strategi supaya bisa tangkap mangsanya.
Hal tersebut membuat raja mempraktikkan langkah gagak itu dengan mengajak prajuritnya lakukan sebuah permainan tradisional yang diberi nama megoak-goakan.
18. Tradisi Ngerebeg di Tegalalang
Bukan hanya populer dengan kecantikan tempat wisata sawah berundak atau terasering sebagai tujuan wisata di pulau Bali, Tegalalang di Kabupaten Gianyar mempunyai budaya dan tradisi unik namanya Ngerebeg.
Tradisi ini mengikutsertakan anak lelaki saja, bahkan juga mulai yang balita s/d dewasa yang bergabung dalam sekehe Truna (organisasi pemuda) di desa itu. Yang memikat ialah tiap peserta dirias dengan muka horor dan mengerikan dengan beberapa warna yang dipilih sendiri oleh peserta.
Adapun riasan horor itu untuk sebagai wakil bentuk wong samar (makhluk halus) yang kerap mengusik anak-anak. Diadakannya budaya dan tradisi Ngerebeg ini mempunyai tujuan untuk memberi tempat untuk wong samar itu.
Dan sekalian memberi persembahan, supaya bisa hidup berdampingan dengan manusia dan tidak saling mengusik. Tradisi ini juga diadakan secara rutin oleh 7 banjar di desa Pekraman Tegalalang, dalam serangkaian pujawali yang diadakan pada Pura Duur Bingin.
19. Tradisi Mepantigan
Tradisi ini ialah sebuah aksi bela diri tradisional, Mepantigan memiliki arti membanting, yang mana dalam tradisi ini dibutuhkan kemahiran untuk bisa membanting musuh.
Permainan bela diri tradisional ini dapat dilaksanakan dimanapun, yang perlu areanya berlumpur, hingga musuh yang dibanting tidak berbahaya, tapi akan penuh lumpur. Peserta berlaga satu lawan satu dengan membanting musuh, selanjutnya bergelut dan mengunci musuh.
Tidak sekedar hanya keberanian, memang dibutuhkan tehnik supaya bisa membanting musuh di lumpur, hingga kelihatan seperti gulat lumpur, mereka bergumul dan sama-sama membanting di lumpur.
Tradisi atau permainan tradisional Mepantigan ini pernah tren dan jadi pertunjukan budaya yang kerap diadakan, satu diantaranya dalam suatu hotel di Ubud, tetapi saat ini pertunjukan itu tidak ada.
Akan tetapi saat ini Mepantigan bisa anda dapatkan di Pondok Mepantigan Bali, lokasinya di Banjar Tubuh, Batubulan, Gianyar.
20. Tradisi Mbed-mbedan
Tradisi unik di pulau Bali ini diadakan tiap tahun sekali, persisnya saat Hari Raya Ngembak Geni (satu hari sesudah Nyepi) di desa Semate, Kelurahan Abian Base, Kecamatan, Mengwi, Kabupaten Badung.
Pernah vakum sekian tahun, tetapi karena dirasakan penting, tradisi Mbed-mbedan ini dibangkitkan kembali, tujuan dari tradisi ini diadakan untuk menghargai jasa seorang suci yang berjasa di Semate ini.
Beliau ialah Rsi Mpu Bantas, yang mana diperjalanan sucinya berjumpa sebuah hutan yang dipenuhi pohon kayu putih, dan secara tidak sengaja berjumpa keturunan Mpu Gni Jaya dan memerintah untuk membuat pelinggih di hutan itu karena menyeramkan.
Sesudah pelinggih itu usai terjadi tarik ulur pemberian nama pura itu, dari sini (tarik-ulur) cikal bakal Mbed-mbedan itu.
21. Tradisi Perang ketupat di Kapal
Di pulau Bali tradisi Perang Ketupat cuma dapat anda temukan di desa Kapal, Kec. Mengwi, Kab. Badung. Budaya dan Tradisi unik di Bali ini diadakan dalam upacara Aci Rah Pengangon tiap setahun sekali yakni di hari Purnama (bulan penuh) sasih Kapat atau sekitaran bulan September – Oktober.
Namanya perang ketupat, masyarakat memakai ketupat untuk berperang, mereka terdiri dari dua barisan selanjutnya sama-sama lempar dan sama-sama serang antar barisan.
Perang Ketupat ini cuman mengikutsertakan golongan lelaki saja mereka memakai baju adat Bali, tetapi tanpa pakaian, demikian ada instruksi untuk memulai perang, mereka mulai sama-sama serang dan lempar di area pura, selanjutnya merambat ke luar pura sampai di jalan raya supaya lebih bebas.
Tidak ada ketentuan tertentu, mereka bebas menyerang tim musuh. Tetapi pada akhirnya damai tanpa perseteruan. Sebuah budaya dan tradisi yang kuat dengan pesan sosial.
22. Pawai Ogoh-ogoh
Tradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali ini diadakan pas satu hari saat sebelum hari Raya Nyepi, sekitar jam 6-6.30 sore ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa atau kota, hampir semua masyarakat Hindu di pulau Bali ini melangsungkan pawai ogoh-ogoh, ini mereka lakukan karena terkait dengan ritual keagamaan.
Ogoh-ogoh ialah sebuah boneka raksasa yang disebut lambang dari Bhuta Kala, dibikin dengan bentuk menakutkan atau lambang sebuah kejahatan, yang paling dominan berbentuk raksasa menakutkan, binatang atau bahkan juga bentuk seorang penjahat.
Acara pawai ogoh-ogoh itu masih juga dalam rangkaian penerapan Hari Raya Nyepi, sebelumnya setelah diselenggarakan Tawur Kesanga memberi upah ke Bhuta Kala, selanjutnya petang harinya diusir dan diarak keliling berbentuk pawai.
Ini dilaksanakan supaya tidak mengusik kehidupan manusia kembali, khususnya keesokannya saat melakukan hari raya Nyepi.
23. Tradisi Ngusaba Bukakak di Sangsit
Sebuah budaya dan tradisi unik di pulau Bali yang cuma diadakan di Sangsit, Kecamatan Sawan, Kab. Buleleng di Bali Utara, yakni di hari Purnama sasih Kedasa, sekitaran dua minggu sesudah hari Raya Nyepi pada bulan April.
Karena pemikiran biaya tradisi ngusaba Bukakak diadakan 2 tahun sekali. Acara ini diadakan untuk ucapkan rasa terima kasih umat ke dewi Kesuburan atas semua hasil pertanian yang berlimpah dan kesuburan tanah.
Desa Sangsit memang mempunyai daerah pertanian yang lumayan luas dan tanahnya yang gembur dan subur. Bukakak datang dari kata “Bu” atau Lembu yang menggambarkan dewa Siwa dan “Kakak” atau gagak pertanda dewa Wisnu.
Bukakak terkait dengan babi guling yang cuman dimatangkan sisi dadanya saja. Ngusaba ini dengan diawali upacara Melasti, selanjutnya membuat 3 buah dangsil dalam acara pucuk mengangkat bukakak mengelilingi area persawahan.
24. Tradisi Megebeg-gebegan
Tradisi unik ini terkait dengan ritual keagamaan Hindu yang diadakan sekali dalam satu tahun di catus pata agung (perempatan) Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad Mungga, Buleleng.
Yang mana di saat tradisi itu diadakan beberapa Sekee Teruna (pemuda desa) akan merebutkan kepala godel (kepala anak sapi) yang disebut fasilitas khusus saat melangsungkan upacara persembahan (sesajian) saat ritual mecaru yang bersamaan saat hari Pengerupukan (satu hari saat sebelum Hari Raya Nyepi).
Anak sapi itu dikuliti tersisa kulit kali dan kepala godel sebagai fasilitas upacara yang dikenali sebagai “bayangan” dan sebagai simbolik bhuta saat yang hendak diperebutkan oleh pemuda desa. Pulau Bali memang banyak memiliki budaya dan adat unik, bahkan juga tidak seluruhnya orang tahu.
25. Tradisi Perang Api
Pelaksanaan ritual tradisi perang api ini di mulai saat pergantian waktu antara senja menuju malam hari, ketika matahari betul-betul terbenam. Kondisi ini dikenal dengan istilah sandikala yang melambangkan dua unsur yang berbeda pada sebuah kesatuan yang saling memerlukan atau Rwa Bhineda.
Menurut sejarah Tradisi Perang Api ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka sejak adanya Desa Adat Pekaraman Nagi ini. Tujuan dari ritual Mesabatan Api ini untuk mengusir semua unsur negatif dari roh jahat yang ada disekitaran desa.
Dengan tujuan untuk menghindari mala petaka dan musibah untuk masyarakat desa adat. Roh jahat yang dikenali sebagai Butha Kala ini dilukiskan sebagai iblis yang memiliki badan besar dengan lidah menjulur panjang yang kerap divisualisasikam ke patung ogoh-ogoh.
26. Tradisi Dewa Masraman
Tradisi Dewa mesraman sebagai salah satu Tradisi unik di Bali yang sudah dilakukan dalam kaitannya dengan upacara piodalan di Pura Panti Banjar Timbrah Desa Paksebali Klungkung.
Upacara ini jatuh pada saat hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan bersamaan dengan hari Raya Kuningan. Dewa Masraman, sebuah tradisi ritual keagamaan bali kuno yang diusung oleh masyarakat dari Desa Adat Timbrah, Karangasem.
Mereka pada jaman kerajaan, ditugaskan menjaga tepian Kerajaan Karangasem-Klungkung, selanjutnya tinggal di Banjar Panti Timbrah, Desa Paksebali.
Baca juga : 4 Kebudayaan Klungkung Masuk WBTB Nasional
Kepindahan mereka ke Klungkung membawa serta tradisi dan upacara di desa aslinya. Sama sesuai tradisi yang berlangsung di desa aslinya, warga Banjar Timbrah juga masih tetap melakukan upacara yang serupa.
Di Desa Timbrah Karangasem upacara ini disebut mebarang dan di Paksebali Klungkung dikatakan Dewa Mesraman atau Dewa Mepalu.
27. Tradisi Siat Yeh Jimbaran
Sebuah budaya dan tradisi unik di Jimbaran ini jadi aktivitas ritual rutin yang diadakan tiap sekali dalam satu tahun, yakni di hari raya Ngembak Geni (satu hari sesudah Nyepi), pesertanya pemuda-pemudi banjar Teba.
Tradisi Siat Yeh (perang air) ini disebutkan sebagai penglukatan Agung, di mulai dengan mendak tirta (air suci) di dua tempat sumber air berbeda yakni di samping Timur (pantai Suwung/rawah) dan pesisir Samping Barat (pantai Segara).
Dua sumber mata air itu nanti akan jadi bagian khusus dalam Tradisi Siat Yeh ini. Ramainya pembangunan pariwisata ke-2 sumber air itu yang dahulunya bersatu, sekarang tak lagi, hingga saat ini dilaksanakan secara simbolik berbentuk ritual.
28. Tradisi Siat Sampian di Bedulu
Budaya dan tradisi unik ini diadakan di Pura Samuan Tiga Bedulu, yang mana pura itu sebagai tonggak sejarah dan tempat tatap muka untuk menjadikan satu sekte yang berada di pulau Bali, hingga nampaklah istilah Pura Kahyangan tiga setiap desa Pekraman.
Siat memiliki arti perang dan sampian memiliki arti serangkaian janur sebagai fasilitas pemujaan, hingga tradisi dalam tradisi ini perang ini memakai fasilitas sampian baik dilaksanakan oleh masyarakat lelaki atau wanita, lewat proses pawintenan.
Siat Sampian ini diadakan dalam serangkaian pujawali di Pura Samuan Tiga, yang mana dilaksanakan oleh pengayah (peserta) lelaki yang dikatakan sebagai Jro Parekan dan pengayah wanita disebutkan Jro Permas.
Acara ini diadakan selain mempunyai tujuan penghormatan bersatunya sekte di pulau Bali sampian yang dipakai sebagai lambang dari senjata cakra Dewa Wisnu, yang memiliki arti untuk perlawanan dharma (kebijakan) atas adharma (kejahatan), budaya lokal ini bisa anda dapatkan sampai sekarang ini.
29. Tradisi Mesuryak
Suatu tradisi unik di pulau Bali yang disebut peninggalan budaya leluhur ini cuma dapat diketemukan di Bongan, Kabupaten Tabanan.
Budaya dan Tradisi di Tabanan ini diadakan dengan tujuan untuk penghormatan pada para nenek moyang secara suka ria, bersorak ramai-ramai dengan memberi bekal seperti beras dan uang.
Tradisi bersorak ramai-ramai ini selanjutnya diimbangi dengan melemparkan uang ke udara dan diperebutkan oleh warga karena itu, tradisi ini disebut tradisi Mesuryak. Tradisi ini diadakan tiap enam bulan sekali yakni pada Hari Raya Kuningan.
Serangkaian acara ini terkait dengan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, sesudah leluhur datang di tengah-tengah keluarga dimulai dari hari Raya Galungan, selanjutnya di saat Kuningan diantarkan kembali lagi ke Nirwana dengan beragam sesajen dan bekal.
30. Upacara Melasti
Melasti dilaksanakan tiap tahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali, akan tetapi upacara Melasti dilaksanakan pada beberapa hari tertentu saat piodalan pada suatu pura sesuai hari yang ditetapkan.
Melasti dikenali dengan mekiis atau melis ke arah beberapa tempat sumber air seperti laut, danau atau mata air. Tetapi Melasti atau melis di pulau Bali secara serentak diadakan tiap satu tahun sekali yakni 3-4 hari saat sebelum hari raya Nyepi sekitaran bulan Maret.
Saat Melasti semua pretima, senjata nawa sanga, umbul-umbul dan kober di arak ke sumber air seperti ke laut untuk disucikan dan menghanyutkan semua malaning bumi atau kotoran, ditujukan menghanyutkan semua kesengsaraan manusia lewat air kehidupan.
Selanjutnya diteruskan acara menyucikan diri dengan angamet (ambil) tirta amertha, untuk memperoleh sari-sari kehidupan. Budaya dan adat ini jadi peninggalan budaya nenek moyang Bali yang terbangun secara baik sampai sekarang ini.
31. Nikah Massal di Pengotan
Tradisi ini memang lumayan unik, meskipun dalam tradisi ini cuma ritual atau upacaranya saja yang sudah dilakukan bertepatan atau bersamaan, pasti hal itu menjadi satu diantara budaya atau tradisi yang beda dibanding upacara pernikahan di pulau Bali.
Hal yang beda dan ini bisa menjadi panorama unik untuk mereka yang melihatnya. Budaya dan tradisi Nganten (Nikah) Massal ini dapat diketemukan di Pengotan – Bangli, desa ini sebagai salah satunya Desa Bali Aga (desa Bali Kuno) yang tentu saja mempunyai peninggalan budaya yang unik.
Seperti Tradisi Nikah Massal yang diadakan 2x dalam satu tahun yakni tiap sasih Kapat (Agustus – September) dan Kedasa (Maret – April). Upacara itu bukan hanya berlaku untuk lelaki saja tapi juga untuk golongan wanita yang menikah ke luar dusun Pengotan.
Pernikahan tradisional Bali di desa Pengotan, jadi sebuah budaya dan tradisi unik yang cuma dapat anda dapatkan di Bangli.
32. Tradisi Mejarag
Mejarag sebagai satu diantara tradisi yang ada di Banjar Sebatu, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Tradisi ini dikenal sebagai Tradisi Nuuh. Tradisi Mejarag ini biasa diadakan tiap satu tahun sekali. Maksud diselenggarakannya Tradisi Mejarag yaitu sebagai pernyataan rasa sukur atas kesuburan yang sudah diberi oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Saat sebelum acara diawali beberapa ibu-ibu akan bawa sok atau tempat yang didalamnya berisikan beragam macam buah-buahan, jajan unik dan canang untuk menuju ke Pura. Nanti di Pura itu bisa menjadi tempat perkumpulan semua warga di wilayah itu.
Sesudah semua warga bergabung dari anak-anak sampai orangtua ada di Pura, seterusnya akan diselenggarakan sembahyang bersama. Di Pura itu nanti ada haturan atau sesajen dengan jumlah yang banyak dan ditempatkan di muka beberapa orang yang lakukan sembahyangan, persisnya ada di atas tandu sesajen.
33. Tradisi Ngedeblag Kemenuh
Tradisi unik di pulau Bali selanjutnya ialah Ngedeblag di Kemenuh Gianyar, dari namanya berasa cukup asing untuk masyarakat luar desa Kemenuh, Gianyar.
Ngedeblag ialah acara rutin yang diadakan tiap enam bulan sekali (kalender Bali) persisnya di hari Kajeng Kliwon, di saat perubahan sasih Ke-5 (bulan 5) ke sasih Kanem (bulan 6) dalam kalender Bali atau sekitaran bulan September – Desember kalender masehi.
Beberapa pengayah (peserta) lelaki arus memakai kamben (kain) yang dilapis dengan saput tanpa memakai pakaian, mereka dibuat jadi seseram kemungkinan, dengan cat air berwarna-warni, dan satu beri karisma yang pada kening.
Maksud diadakannya tradisi Ngedeblag untuk bersihkan bhuana agung (semesta alam) dan bhuana alit (diri manusia) supaya desa Kemenuh terbebas dari semua musibah.
Nah itu dia beberapa budaya dan tradisi unik di Bali yang kami rangkum dari berbagai pengamatan dan sumber. Pulau Bali banyak memiliki tradisi yang lain yang tidak kami sebutkan di atas.