TRIPONNEWS.COM merangkum Sejarah Pura Lempuyang yang di ambil dadi beberapa situs bali kuno dimana Pura Lempuyang dikenal juga sebagai Pura Luhur Lempuyang, berasal dari kata “Lempu” yang berarti terang atau sinar suci, dan “Hyang” yang berarti Tuhan atau Dewa.
Maka, Lempuyang bisa diartikan sebagai tempat suci sinar Tuhan, tempat penyinaran spiritual dari Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Iswara, Dewa Penjaga arah timur.
Pura Lempuyang ini terletak di puncak Gunung Lempuyang, Kabupaten Karangasem, Bali. Dan Secara etimologis, Lempuyang dapat diartikan sebagai tempat suci untuk memuja “Hyang” atau Tuhan yang memberi penerangan (spiritual).
Pura ini juga dikenal sebagai Pura Penataran Agung Lempuyang dan merupakan bagian dari Sad Kahyangan Jagat, yaitu enam pura utama yang diyakini sebagai pilar spiritual pulau Bali.
Sejarah Keberadaan Pura Lempuyang
Menurut lontar atau naskah kuno Hindu Bali, Pura Lempuyang telah ada sejak zaman pra-Hindu, jauh sebelum agama Hindu masuk dan berkembang di Bali.
Dipercaya bahwa para resi (pendeta suci) dan orang-orang bijak yang pertama kali datang ke Bali membangun tempat-tempat spiritual ini untuk memelihara keseimbangan dan kesucian pulau.
Dalam teks Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul, disebutkan bahwa Dewa-Dewa turun ke Bali dan menempatkan kekuatan suci mereka di beberapa lokasi.
Gunung Lempuyang menjadi tempat bersemayamnya kekuatan Dewa Iswara, dan karena itu didirikanlah tempat suci di sana.
Berdasarkan Lontar Markandeya Purana dan Lontar Kutara Kanda Dewa Purana Bangsul, sejarah Pura Lempuyang tidak lepas dari perjalanan suci Resi Markandeya, seorang Maha Rsi dari India Selatan yang diyakini sebagai tokoh spiritual pertama yang menyebarkan agama Hindu di Bali.
- Dalam kisah tersebut, Resi Markandeya datang ke Bali sekitar abad ke-8 Masehi.
- Ia melakukan tapa dan yoga di Gunung Agung, kemudian menyebar ke berbagai wilayah Bali.
- Di daerah timur Bali, beliau menemukan bahwa energi spiritual belum seimbang, sehingga kemudian beliau membangun tempat pemujaan di puncak Bukit Bisbis – yang kini dikenal sebagai Pura Lempuyang Luhur.
Lokasi dan Posisi Spiritual
Pura Lempuyang terletak di Bukit Bisbis, Karangasem, Bali Timur. Menurut konsep spiritual Bali, Pura Lempuyang merupakan salah satu dari Sad Kahyangan Jagat – enam pura utama penjaga keseimbangan pulau Bali.
Dalam pembagian arah sakral (mandala), Pura Lempuyang mewakili arah timur (Purwa) dan dilindungi oleh Dewa Iswara, simbol dari cahaya dan awal kehidupan. Karena itu, pura ini dianggap sebagai titik penting dalam menjaga keseimbangan spiritual Bali.
Fungsi Spiritual dalam Hindu Bali
Pura Lempuyang dipercaya sebagai tempat pemujaan untuk manifestasi Dewa dalam wujud Dewa Iswara, salah satu dari Catur Lokapala (penjaga arah mata angin), yang berperan menjaga arah Timur.
Dalam konsep Hindu Bali, Sad Kahyangan Jagat berfungsi menjaga keseimbangan spiritual alam dan umat manusia. Pura Lempuyang, sebagai penjaga arah Timur, melengkapi kehadiran pura lain seperti Besakih di Barat dan Uluwatu di Selatan.
Struktur dan Kompleks Pura
Pura Lempuyang sebenarnya bukan satu pura tunggal, melainkan kompleks pura yang tersebar di sepanjang jalur pendakian menuju puncak Gunung Lempuyang setinggi sekitar 1.058 meter di atas permukaan laut. Total ada tujuh pura utama, yang harus dilalui oleh peziarah untuk mencapai puncak, yaitu:
- Pura Lempuyang Madya
- Pura Telaga Mas
- Pura Telaga Sawangan
- Pura Lempuyang Luhur – ini adalah pura utama dan tertinggi ( sekitar 1.174 meter di atas permukaan laut )
- Pura Agung Lempuyang – dikenal juga sebagai Gerbang Surga “Gate Of Heaven”
- Pura Pasar Agung
- Pura Batu Madeg
Setiap pura memiliki nilai spiritual tersendiri dan biasanya dikunjungi secara berurutan oleh pemedek (umat yang melakukan persembahyangan).
Peran dalam Kehidupan Umat Hindu Bali
Pura Lempuyang memiliki posisi penting dalam ritual spiritual umat Hindu Bali, termasuk:
- Tirta Yatra, yaitu perjalanan suci ke pura-pura utama.
- Sebagai tempat pembersihan diri secara spiritual, terutama ketika menghadapi masa-masa sulit atau ketidakseimbangan batin.
- Umat datang untuk meminta restu, petunjuk hidup, dan kedamaian.
Masyarakat lokal percaya bahwa mendaki ke Pura Lempuyang bukan sekadar pendakian fisik, melainkan juga perjalanan spiritual, yang menguji kerendahan hati, ketulusan, dan niat pemedek.
Banyak yang percaya bahwa hanya orang dengan hati bersih dan niat tulus yang dapat menyelesaikan seluruh perjalanan hingga ke puncak.
Baca juga : Pura Lempuyang Bali: Spot Foto Viral yang Sarat Makna Religius
Nilai Spiritualitas dan Filosofi Pura Lempuyang
Pendakian ke Pura Lempuyang Luhur juga memiliki filosofi mendalam:
- Setiap pura yang dilewati adalah simbol tahapan kehidupan manusia.
- Ujian fisik dalam perjalanan (700-an anak tangga dan medan terjal) mencerminkan perjuangan spiritual seseorang untuk mencapai kesucian dan pencerahan.
- Pendakian ini mendorong keikhlasan, kesabaran, dan pembersihan diri secara rohani dan jasmani.
Hari Suci dan Upacara di Pura Lempuyang
Hari suci utama yang diperingati di Pura Lempuyang adalah Odalan atau piodalan, yang dirayakan setiap 210 hari sekali (berdasarkan kalender Pawukon, yaitu pada hari Wuku Dungulan.
Setelah Hari Raya Galungan). Pada saat ini, ribuan umat datang dari seluruh Bali untuk melaksanakan persembahyangan bersama.
Daya Tarik Budaya dan Wisata
Pura ini juga menjadi daya tarik wisata dunia karena keindahan arsitekturnya dan pemandangan Gunung Agung yang megah terlihat dari celah gerbang utama (Gerbang Surga). Walaupun kini populer sebagai spot foto Instagramable, umat Hindu Bali tetap menekankan bahwa tempat ini adalah kawasan suci yang harus dihormati, bukan sekadar tempat wisata biasa.
Pura Penataran Agung Lempuyang (salah satu pura di kaki gunung) terkenal secara visual karena “Gerbang Surga”, yakni Candi Bentar dengan latar Gunung Agung yang ikonik. Meskipun bagian ini bukan Pura Luhur Lempuyang di puncak, tetap menjadi lokasi yang ramai dikunjungi dan difoto.
Namun penting dicatat, lokasi ini tetap tempat suci, dan pengunjung diimbau berpakaian sopan dan menjaga etika saat berada di area pura.
Pengunjung yang datang diminta mengenakan pakaian adat Bali atau sarung dan selendang, serta menjaga sopan santun dan kebersihan di kawasan pura.
Kesimpulan Sejarah Pura Lempuyang
Pura Lempuyang adalah salah satu pura tertua dan paling sakral di Bali. Menurut ajaran dan sumber Hindu Bali, pura ini telah ada sejak zaman kuno sebagai tempat pemujaan Dewa Iswara dan bagian dari Sad Kahyangan Jagat.
Selain sebagai pusat spiritual, Pura Lempuyang juga menjadi simbol perjalanan spiritual manusia menuju penyucian dan penyatuan dengan Tuhan. Ia merupakan warisan spiritual yang mengajarkan umat tentang keikhlasan, pembersihan diri, dan hubungan sakral antara manusia dan Tuhan.