14 Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan, Simak di sini!

Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan

TRIPONNEWS.com – Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan. Hari raya Galungan merupakan hari Raya Suci bagi umat hindu yang dirayakan setiap 210 hari. Limabelas ( 15 ) hari sebelum hari raya Kuningan. Sesuai dengan perhitungan kalender Bali yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan).

Makna hari raya Galungan merupakan hari perayaan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Sedangkan perayaan hari raya Kuningan dilaksanakan 15 hari setelah hari raya Galungan, tepatnya setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan

Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan

Sebelum merayakan hari Raya Galungan, umat hindu Bali akan melalui beberapa rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan, seperti:

1. Tumpek Wariga (Pengatang)

Timpek Wariga memiliki makna upacara yang di sajikan untuk tumbuh-tumbuhan yang berada di kebun. Diperingati 25 hari sebelum hari raya galungan yang bertepatan pada saniscara kliwon wuku wariga.

Makna yang terkandung dalam hari suci tumpek wariga yaitu sebagai bentuk pemujaan kepada Sang Hyang Sangkara yang merupakan manifestasi Tuhan. Dalam bentuk tumbuh-tumbuhan yang selalu memberikan hasil berupa buah, daun atau batang dan oksigen kepada semua makhluk hidup.

2. Sugihan Jawa,

Dikutip dari Lontar Sundarigama dijelaskan bahwa filosofi atau makna dari Sugihan Jawa adalah penyucian makrokosmos atau buana agung atau alam semesta sebagai tempat kehidupan.

Pembersihan ini secara sekala dilakukan dengan membersihkan pelinggih atau tempat-tempat suci yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Umat hindu Bali meyakini bahwa pada saat Sugihan Jawa ini, para dewa akan turun diiringi dengan para luluhur untuk menerima persembahan.

3. Sugihan Bali

Sedangkan makna Sugihan Bali adalah upacara penyucian buana alit atau diri sendiri (mikrokosmos) sehingga bersih dari perbuatan-perbuatan yang ternoda atau pembersihan lahir dan batin.

Hal ini dapat dilakukan dengan pembersihan diri ( penglukatan ) sarananya dapat menggunakan Kelapa gading atau kuning ( bungkak nyuh gading). Dengan adanya kesucian lahir dan batin itu, umat lebih bisa memaknai Hari Suci Galungan, sebagai kemenangan dharma.

4. Penyekeban

Untuk makna filosofis hari Penyekeban adalah hari untuk “nyekeb indriya atau keinginan” yang berarti mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh agama. Yang dirayakan 3 hari sebelum hari raya Galungan, setiap Minggu Pahing wuku Dungulan.

5. Hari Penyajaan

Penyajaan yang jatuh setiap hari Senin Pon, wuku Dungulan memiliki makna filosofis untuk memantapkan diri dalam merayakan hari raya Galungan.

Sesuai kepercayaan Umat Hindu, pada hari ini umat akan di goda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri umat Hindu untuk melangkah lebih dekat lagi menuju Galungan.

6. Hari Penampahan

Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan

Hari Penampahan ini jatuh setiap hari Selasa Wage wuku Dungulan, 1 hari sebelum hari raya Galungan. Penampan ini memiliki makna menyambut. Umat hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah yang diterima selama ini.

Baca Juga : Apa sih Makna Penjor bagi Umat Hindu di Hari Raya Galungan, Simak di sini!

Selain membuat penjor umat Hindu juga menyiapkan segala sarana upacara yang kebanyakan di lakukan oleh para wanita. Sedangkan para laki-laki akan menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara.

Penyembelihan babi ini juga mengandung makna simbolis membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri manusia. Pada hari ini masyarakat hindu Bali meyakini bahwa para leluhur akan mendatangi sanak keturunannya yang ada di dunia.

7. Hari Raya Galungan

Pada hari raya Galungan umat hindu Bali akan melakukan persembahyangan yang di mulai dari di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkungan. Bagi umat yang tinggal di luar daerah kelahirannya akan melakukan ” Mudik” untuk melakukan persembahyang ke daerah kelahirannya masing-masing.

Selain ke Pura, umat hindu Bali juga akan membawa sesajen atau banten ke kuburan, bila memiliki keluarga yang masih di kubur dan belum melakukan upacara ngaben.

8. Hari Umanis Galungan

Pada umanis Galungan, umat akan melaksanakan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi. Biasanya hari ini, anak-anak akan melakukan tradisi ngelawang dengan menarikan barong disertai gambelan dari pintu rumah penduduk satu ke yang lainnya (lawang ke lawang).

Masyarakat yang melihat anak-anak ngelawang di depan rumahnya akan memberi canang dan sesari/uang. Karena tarian barong ini dipercaya dapat mengusir segala aura negatif dan mendatangkan aura positif.

9. Hari Pemaridan Guru

Pemaridan merupakan hari suci yang dirayakan pada hari Sabtu Pon Wuku Dungulan 3 hari setelah Galungan. Dengan Makna ngelungsur/nyurud (memohon) keselamatan kepada Shang hyang Guru, nama lain dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

10. Ulihan

Setelah perayaan hari Raya Galungan selesai ada istilah Ulihan artinya pulang/kembali. Maknanya hari kembalinya para dewata-dewati/leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah panjang umur. Ulihan ini dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan

11. Hari Pemacekan Agung

Pemacekan berasal dari kata pacek yang artinya tekek (Bhs Bali.) atau Kokoh, tegar. Yang memiliki makna sebagai simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari Galungan. Pemacekan agung dirayakan pada Senin Kliwon wuku Kuningan.

12. Hari Raya Kuningan

Hari Raya Kuningan dilaksanakan 15 hari setelah hari raya Galungan, tepatnya setiap hari Sabtu pada wuku Kuningan. Ditandai dengan memasang tamiang, kolem, dan endong. T

amiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra. Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa, sedangkan Endong tersebut adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh Para Dewata dan Leluhur kita saat berperang melawan adharma.

Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan
Tradisi Ngelawang

Pemasangan Tamiang kolem hanya dilakukan di palinggih atau sanggah, bale, dan pelangkiran, sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.

Hari raya Kuningan identik dengan warna kuning, selain itu pada saat hari raya Kuningan persembahyangan harus sudah selesai sebelum jam 12 siang. Sebab persembahan dan persembahyangan setelah jam 12 siang hanya akan diterima Bhuta dan Kala, karena para Dewata semuanya telah kembali ke Kahyangan.

Hal ini sebenarnya mengandung makna nilai disiplin waktu dan kemampuan untuk memanajemen waktu. Warna kuning yang identik dengan hari raya Kuningan memiliki makna kebahagiaan, keberhasilan, dan kesejahtraan.

13. Manis Kuningan

Sama halnya seperti manis galungan, umat akan melaksanakan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi

14. Hari Pegat Wakan

Ini adalah rangkaian terahir hari raya Galungan dan Kuningan yang dilaksanakan dengan cara melakukan persembahyangan, dan mencabut penjor yang telah dibuat pada hari Penampahan.

Penjor tersebut dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah. Pegat Wakan jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah galungan.

Baca Juga : Arti Nama Wayan Made Nyoman Ketut, Simak Asal-usul Nama Orang Bali

Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan dikutip dari berbagai sumber dan di rangkum oleh triponnews.com