Klungkung – Harga Rumput Laut Nusa Penida Cetak Rekor Tertinggi. Sejak pariwisata sepi karena terkena dampak COVID-19, masyarakat Nusa Penida sekarang lebih serius dalam usaha bertani rumput laut, sambil menantikan pariwisata pulih kembali.
Semenjak terjadi pandemi, harga rumput laut stabil diangka Rp 12 ribu sampai Rp 15 ribu per kg. Bahkan juga, sekarang ini harga naik terus sampai cetak rekor tertinggi Rp 32 ribu per kg.
Area pertanian rumput laut banyak diketemukan di sepanjang garis pantai kepulauan Nusa Penida. Seperti pada Pulau Nusa Lembongan. Selainnya mempunyai pantai berpasir putih, dan alam bawah laut yang cantik, pertanian rumput laut di pulau ini, sekarang cukup menjanjikan.
Pertanian rumput laut membentang di area Pantai Lembongan dan Pantai Jungut Batu, dengan panorama Gunung Agung megah di Bali Dataran.
Baca juga : Rencana kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Gas LPG 3kg
Harga Rumput Laut Nusa Penida Cetak Rekor Tertinggi
Hasil panen tahun ini cukup memberikan kepuasan untuk masyarakat Nusa Penida khususnya petani Rumput Laut Nusa Penida. Karena harga rumput laut terus merangkak naik dalam beberapa pulan terakhir.
Salah satunya petani rumput laut, Ni Ketut Murtini di Pantai Jungut Batu. Minggu (3/4), menjelaskan untuk tipe rumput laut spinosum, dahulunya stabil di harga Rp 12 ribu sampai 15 ribu per kg.
Tetapi, diakuinya terakhir makin antusias, sesudah harga rumput laut capai Rp 32 ribu per kg. “Saya memproses lima petak tempat bersama suami dan anak, karena keluarganya sekarang ini tidak bekerja lagi, karena pariwisata masih sepi,” ucapnya.
Menurutnya, petani rumput laut di Lembongan dan Jungut Batu umumnya mengurus tiga sampai lima petak tempat di pesisir pantai, dalam jarak tanam sampai tiga ratus meter dari garis pantai ke tengah laut.
Dengan naiknya harga rumput laut ini, ia dan petani yang lain akui bisa mendapatkan keuntungan sampai Rp tiga juta setiap petaknya, dalam jarak periode panen 10 sampai 15 hari.
“Bila tidak dipasarkan kering ada pula yang membeli basah untuk jajan, kue-kue atau rujak harga lebih murah lagi sedikit, tetapi tak perlu menjemur lagi,” ucapnya.
Diakuinya memikili empat petak tempat yang ia buatnya kami kelola dari perawatan sampai proses penjemuran dan sampai ke tangan konsumen. Dia akui beralih sebagai petani rumput laut sejak 2020 lalu, karena tidak mempunyai pekerjaan kembali sesudah putus hubungan kerja dalam suatu restaurant di daerah ini.
Dia menambahkan, meskipun saat ini harga rumput laut Nusa Penida cukup menarik, masalah petani rumput laut disamping harus bertemu dengan gelombang tinggi di waktu malam hari, tipe penyakit pembusuk tangkai atau disebutkan ice-ice, yang menghancurkan tanaman rumput laut.
Masalah ini susah dihadapi petani. Menyaksikan keadaan ini, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta melihat saat ini warga Nusa Penida telah banyak yang menanam rumput laut.
Maka, itu berarti jika alternative untuk mata pencarian telah ada untuk warga, tak lagi keterikatan dengan pariwisata. Ini pasti harus dipertahankan ke depan oleh semua warga untuk selalu membudidayakan rumput laut. Walau pariwisata nanti kembali pulih.
Baca juga : Ramai Dikunjungi, Retribusi Pariwisata di Nusa Penida akan Dipungut Lagi