Tradisi Perang Air Perayaan Sambut Tahun Baru di Gianyar Bali

Tradisi Perang Air di Desa Suwat Gianyar Bali

Meskipun tidak ada sanksi yang mengikat bila tidak ikut berperan serta dalam adat tradisi ini. Kami sebagai pengayah atau peserta tradisi Perang Air atau siat Yeh di Gianyar ini tak pernah sedikit. Bahkan juga tiap tahunnya ada-ada saja peningkatan pengayah (peserta)” Sambungnya.

Sarana yang digunakan

Salah satu hal yang membuat warga Desa Suwat benar-benar semangat ialah kesederhanaan dari tradisi Perang Air. Beberapa pengayah perlu bawa timba atau gayung air untuk bisa turut tergabung dalam adat itu.

Sedangkan baju yang dipakai juga benar-benar simpel. Yang lelaki memakai kain tanpa baju dan wanita memakai baju komplet balutan kain.

Peserta Tradisi Perang Air

Untuk Peserta Tradisi Perang Air di Gianyar ini akan diikuti oleh warga desa baik laki atau wanita, dari anak kecil sampai orangtua juga turut tergabung. Sedangkan bayi atau lanjut usia yang di perbolehkan masuk ke lokasi diadakannya tradisi Perang Air.

Simak juga : Tradisi Mekotek Sebagai Pengusir Wabah Mistis di Desa Adat Munggu Bali

Mereka menunggu dirumah, nantinya sesudah usai tradisi ini pihak keluarga akan membawakan mereka air yang hendak dipakai untuk basuhan. kabarnya supaya semua warga Dusun Suwat semua bisa dibikin bersih sama air yang mereka kira suci oleh karena itu faksi keluarga selalu bawa air sesudah usai diadakannya tradisi itu.

Tradisi Perang Air di Desa Suwat Gianyar Bali

Alur Perayaan Tradisi Perang Air

Saat sebelum mengawali Adat Perang Air atau Siat Yeh, umumnya warga Desa Suwet, Gianyar akan melangsungkan pemujaan bersama di catus pata Dusun Pekraman desa Suwat.

Dalam melangsungkan pemujaan ini akan pinpin oleh 5 orang pemangku. Ke-5 Jro mangku yang hendak pimpin pemujaan ini akan duduk menghadap empat arah mata angin. Dan seseorang dari kelima itu, akan duduk ditengah-tengah.

Semua warga Dusun Suwat benar-benar khusyuk saat lakukan pemujaan yang dipegang oleh lima Jro Mangku Dusun tradisi Suwet.

Dalam pemujaannya Warga Desa Suwet meminta restu k ehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya sebagai wujud Dewa Wisnu, yang mana Dewa Wisnu dilambangkan sama air di kehidupan riil.

Kemudian, akan dilaksanakan penyiraman yang mana pengayah atau peserta yang hendak turut serta dalam adat ini akan diguyur sama air kembang oleh beberapa pinandita Dusun Suwat.

Kemudian beberapa peserta akan dipisah jadi dua barisan, supaya dalam Adat Perang Yeh ini mempermudah beberapa peserta untuk ketahui mana teman atau musuh.

Disamping itu, ada pula bagian tari yang disebutkan dengan We Amerta yang ditarikan dengan serasi dan seirama. Secara etimologi, tarian We Amerta dipisah jadi 2 kata yakni We yang memiliki arti mengucur dan Amerta yang memiliki arti air kehidupan.

Bila di definisikan keseluruhannya We Amerta memiliki arti air yang ada di dalam kehidupan manusia supaya selalu mengucur, karena air salah satunya elemen yang mempunyai peranan yang penting.

Harapan Warga Desa Suwet Gianyar dengan tradisi ini, supaya pada tahun yang baru ini mereka mempunyai semangat baru saat menjalankan kehidupan di duniawi.