Purnama Kapat Sebagai Hari Suci Musim Semi

Purnama Kapat Sebagai Hari Suci Musim Semi

Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda menjelaskan makna Purnama Kapat yang disebut juga dengan suba dewasa atau hari yang baik sekali disamping Purnama Kedasa.

Di mana dalam ide realitas alam semesta, sama sesuai nyanyian kidung Warga Sari, ‘’Kartika panedenging sari”.
Makna Purnamaning Kapat adalah musim semi, di mana bunga-bunga sedang bermekaran.

Agama Hindu sebagai agama bhakti. Dalam merealisasikan bhakti pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kita tak pernah lepas dari bunga.

Karena bunga sebagai lambang kesucian. Karena itu, ketika bunga-bunga bermekaran, hari menjadi khusus untuk melangsungkan ritus keagamaan.

Makna Purnama Kapat

Tetapi saat kita bicara dari pemikiran astronomi, terutamanya di Bali, matahari dalam Purnama Kapat pas ada pada garis katulistiwa.

Dengan bahasa Bali matahari itu disebutkan dalam posisi majeg atau ada di atas ubun-ubun.

Nach saat bicara di atas ubun-ubun, di sanalah titik 0 (0). Titik 0 itu ialah lambang daripada sunya (tidak ada) atau niskala. Kondisi ini akan diawali dari 15 hingga 21 Oktober.

Baca juga : Mengenal 10 Bagian Rumah Adat Bali dan Fungsinya, apakah itu?

rentang hari ini sangat baik untuk umat hindu yang mau melakukan pembersihan dan membangun sifat-sifat kedewataan, hingga tumbuh berkembang ibaratkan bunga.

Hal itu bukan hanya dilaksanakan pada raga manusia itu sendiri. Tetapi harus juga dilaksanakan pada semesta alam dan didalamnya.

Di mana hal itu dilaksanakan dengan ritual. Karena itu, mengapa tiap Purnama Kapat, pulau Bali dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Sebenarnya, aktivitas upacara atau bhakti yang umat hindu lakukan di Purnama Kapat ini, pahala yang hendak kita tuai akan benar-benar maksimal.

Karena matahari pas ada di garis khatulistiwa atau yang disebutkan dengan Wiswayana.

Posisi Bulan saat Purnama Sasih Kapat

Apa saja aktivitas ritus atau dana punia yang hendak dilaksanakan, itu selalu memperoleh limpahan anugerah berlimpah yang banyak dibandingkan hari-hari saat kita lakukan yadnya saat tidak pada musim purnama kapat.

Menurut Bapak Made Putradana Sebagai penyuluh agama hindu kantor kementerian agama kabupaten buleleng Memberinya dharma wawasan mengenai Purnama Kapat dipandang sakral oleh umat hindu oleh karena itu banyak warga yang melakukan rangkaian aktivitas keagamaan.

Purnama sasih kapat itu bila ditelah dari konsep lunar-solar sistem, bulan-matahari. Kemunculan bulan bertepatan ada pada posisi garis lurus di atas katulistiwa . Maka pada peristiwa alam semacam itu, bulan bersinar penuh.

Secara filosofis baik sekali untuk melakukan upacara Dewa Yadnya. Bagaimana tidak, di saat itu situasi alam benar-benar indah. Vibrasi dan atmosfer bumi benar-benar aman, memberikan dukungan pendakian religiusitas para sadhaka.

Simak juga : Makna Buda Cemeng Klawu “Piodalan Rambut Sedana”

Situasi alam itu diikuti mulai ada gerimis atau istilahnya riris, disamping itu bunga-bunga mulai mekar, merebak wangi, berselimut kabut sesudah masa kemarau panjang berakhir. ”Momen seperti itu sebagai hari terbaik untuk upacara Dewa Yadnya.” jelasnya (*)