Banten Otonan Bali – Ini Prosesi dan Doa-doanya yang dilakukan

Banten Otonan Bali - Ini Prosesi dan Doa-doanya yang dilakukan
Banten Otonan Bali Prosesi Meotonan dilakukan di salah satu Griya yang dilakukan oleh pandaita photo dok; PHDI

Banten Otonan Bali – Ini Prosesi dan Doa-doanya yang dilakukan. Bagi Umat Hindu di Bali tidak ada yang mananya hari Ulang Tahun, namun masyarakatnya mengenal hari kelahiran sebagai Otonan.

Di mana Hari Otonan Bali ini diambil dari wewaran menurut tanggal kelahiran sang anak dan diperingati tiap enam bulan kalender Caka atau 210 hari.

Saat melakukan prosesi Otonan, pasti membutuhkan sarana-sarana upakara yang berbentuk Banten Otonan Bali dan disertai dengan doa-doa untuk anak yang sedang melakukan otonan.

Dikutip dari beberapa sumber, berikut tata cara upacara otonan Bali dimulai dari banten yang dibutuhkan, tingkatan prosesi otonan, dan arti Otonan Bali.

Banten Otonan Bali

Berkenaan dengan sarana upakara Banten Otonan Bali ini sebetulnya memiliki sifat fleksible dan tidak harus dilaksanakan dengan mewah. Namun semua itu tergantung pelaksana dikembalikan ke niat dan ketulusan masing-masing.

Saat melaksanakan prosesi otonan beberapa masyarakat umumnya memakai banten tumpeng tiga dan tumpeng lima. Jika memakai banten tumpeng lima, pada umumnya terbagi dalam:

  1. Banten Pengambean, memiliki makna sebagai simbolis dalam memohon ke Ida sang hyang widhi dan leluhur
  2. Banten Dapetan, memiliki makna sebagai simbulis ungkapan terima kasih dan rasa syukur kehadapan Ida Shang Hyang Widhi karena telah memberi kesempatan untuk melalui kehidupan dan selelu dalam pelindungannya
  3. Banten Peras, memiliki makna sebagai simbolis memohon kebersihan dan keberhasilan dari satu yadnya
  4. Banten Pejati, memiliki makna sebagai simbolis rasa keseriusan ke Ida sang hyang widhi wasa dan manifestasinya akan melakukan suatu upacara, memeohon dipersaksikan dengan maksud mendapatkan keselamatan
  5. Banten Sesayut, memiliki makna sebagai simbolis meminta keselamatan dan kesejahtraan dan berkurang dan musnahnya satu penyakit
  6. Banten Segehan, memiliki makna sebagai Simbolis ke harmonisan jalinan di antara manusia dengan semua ciptaan Ida Sang Hyang Widhi

Disamping itu, ada juga sarana-sarana yang lain seperti bija, dupa, toya anyar, tirta panglukatan, dan Tirta Hyang Batara Guru.

Simak Disni, “Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Rerentenan Hari Raya Galungan“>>>

Prosesi Otonan Bali

Banten Otonan Bali - Ini Prosesi dan Doa-doanya yang dilakukan

Saat sebelum masuk prosesi otonan, Sang Ibu dari anak yang diotonkan akan melakukan tahapan-tahapan prosesi lebih dulu antara lain:

  1. Sang ibu akan ngayab sarana banten kehadapan Sang Hyang Atma. Ini sebagai pertanda jika ini hari sebagai hari lahirnya sang Hyang Atma yang menjelma jadi manusaia
  2. Lalu diteruskan dengan mengaturkan segehan di bawah bale atau tempat di mana anak meoton, untuk memeohon ke sang hyang butha saat supaya prosesi otonan berjalan mulus dan anak terbebas dari bencana,

Sesudah lakukan beberapa acara di atas, akan diteruskan ke prosesi selanjutnya yang tediri dari:

1. Mesapuh-sapuh

mesapuh-sapuh ini di lakukan dengan mengusap tangan sang anak memakai buu, Diawali dari tanagan kanan dan tangan kiri. Sang ibu akan ucapkan sesontengan atau doa otonan bahasa bali

” Nah cening jani mesapuh-sapuh, apang ilang dakin liman ceninge, apang kedas liman cening ngisiang urip”

Artinya supaya semua kotoran pada tangan sang anak hilang, hingga diharapkan dapat memegang kehidupan dengan tangan bersih. Kemudian, diteruskan dengan mengusapkan toya anyar, Maksudnya dari acara mesapuh-sapuh ini untuk menyingkirkan mala atau leteh pada tubuh anak tersebut ( anak yang sedang otonan)

2. Matepungtawar

Sesudah Mesapuh-Sapuh, akan diteruskan ke prosesi matepung tawar atau masegau yang berisi sarana daun dapdap. Itu akan dioleskan pada ke-2 tangan anak yang meoton. Pada acara, Si Ibu akan ucapkan sesontengan, yakni:

“Jani cening masegau, suba leh liman ceninge. Melah-melah ngembel rahayu”

Artinya tangan yang telah bersih ini diharap bisa memegang semua kerahayuan (keselematan dan kesentosaan) secara baik.

Lalu, Sang Ibu akan memercikan tirta panglukatan dengan maksud menyucikan dan menetralkan kembali Sang Hyang Atma. Keinginannya supaya jiwa yang berkaitan selalu masih tetap suci, baik, dan selalu dalam keselamatan secara sekala-niskala.

3. Matetebus

Sesudah metepung tawar, akan diteruskan dengan prosesi matetebusan yang memakai benang warna putih.

Dua lembar benang putih akan diambil sang ibu kemudian Satu diletakkan di kepala atau telinga Sang Anak. Sementara, yang satunya, dililitkan pergelangan tangan kanan Sang Anak.

Di sini, Si Ibu akan ucapkan sesontengan: “Jani cening magelang benang, apang cening mauwat kawat mabalung besi”

Artinya: Dengan gelang itu, Si Anak didambakan bertubuh yang sehat seperti otot kawat dan tulang besi.

Lalu, diteruskan dengan pemercikan Tirta Hyang Guru sebagai permohonan supaya Si Anak mendapat kesehatan lahir batin, dan mendapatkan pelindungan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan manifestasiNya.

4. Ngayab Sesayut

Setelah itu prosesi ngayab sesayut dengan memutar searah jarum jam oleh Si Ibu. Dilakuan sambil ucapkan Mantra sesontengan:

“Jani cening ngilehang sampan, ngilehan perahu, batu mokocok, tunked bungbungan, teked dipasisi napetang perahu bencah”.

Ini dilaksanakan supaya Si Anak masih tetap pendiriannya dan mempunyai kepribadian stabil di saat menjalankan kehidupan di dunia.

Makna Otonan Bali

Dari dari prosesi-prosesi di atas, upacara otonan ini bermakna yang paling dalam. Dimulai dari pembersihan badan kasar dari sepanjang mala di prosesi masesapuh sampai penyucian jiwa di proses matepung tawar atau masegau.

Hingga, Sang Hyang Atma yang bersih dapat kembali terhubung dengan tubuh yang telah bersih. Ini dilambangkan lewat sarana benang tebus. Dan diakhiri dengan memantapkan pemikiran supaya jiwa raga stabil dan bersih saat menjalankan kehidupan.

Nah itu dia informasi tentang Banten Otonan Bali serta tahapan prosesi meoton,, semoga bermanfaat ya..