Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Rerentenan Hari Raya Galungan

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Rerentenan Hari Raya Galungan. Sugihan Jawa atau Sugihan Jaba merupakan salah satu rerentetan hari raya galungan yang jatuh pada hari Kamis (Wraspati) Wage wuku Sungsang. Untuk tahun ini 2021, sugihan Jawa jatuh pada hari Kamis 4 November 2021. Yang bertepatan dengan Tilem Sasih Kalima.

Dalam menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan dalam Agama Hindu terutamanya di Bali, umumnya melakukan beberapa rententetan upacara. Upacara tersebut mulai dari Tumpek Wariga dan seterusnya mendekati satu minggu sebelum Galungan, yang dinamakan dengan sugihan.

Baca juga : 14 Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan, Simak di sini!

Di kutip dari bulelengkab.co.id, Sugihan masih menjadi pertanyaan masyarakat khususnya umat hindu di Bali. cukup banyak yang beranggapan bila rayakan hari raya sugihan jawa maknanya sebagai keturunan dari Majapahit (Jawa) dan Sugihan Bali maknanya keturunan bali asli. Tetapi bila dilihat dari lontar hindu kuno yakni Lontar Sundarigama.

Makna Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Dalam Lontar Sundarigama di sebutkan jika filosofi dari sugihan merupakan hari yang berhubungan dengan Pembersihan. Di mana dijelaskan makna dari Sugihan Jawa ialah penyucian makrokosmos atau buana agung atau alam semesta sebagai tempat kehidupan dari berbagai mahluk hidup.

Pembersihan ini secara sekala dilaksanakan dengan melakukan pembersihan di pelinggih atau beberapa tempat suci. Yang dipakai sebagai tempat persembahyangan. Pembersihan dapat dilaksanakan dengan melakukan pecaruan ekasata di rumah masing-masing.

Namun kita tidak sempat melaksanakan pecaruan, kita bisa menggunakan bungkak nyuh gading yang dipercikkan ke seluruh penjuru rumah/pekarangan kita. Sebelumnya bungkak tersebut sudah didoakan bisa menjadikan rumah/lingkungan kita jadi bersih.

Tentu diperlengkapi canang sari yang dihaturkan di pelinggih yang berada di lingkungan kita. Dipercaya di saat Sugihan Jawa ini, para dewa akan turun yang di iringi oleh para luluhur untuk menerima persembahan.

Dan Sugihan Bali ialah penyucian buana alit atau diri kita (mikrokosmos) hingga bersih dari tindakan-tindakan yang ternoda atau pembersihan lahir dan batin.

Pembersihan bisa dilaksanakan dengan penglukatan, sarananya bisa memakai bungkak nyuh gading. Sebab dengan adanya kesucian lahir dan batin itu, umat semakin dapat mengartikan Hari Suci Galungan, sebagai kemenangan dharma.

Sugihan Tenten

Selain sugihan jawa dan sugihan Bali, sebenarnya ada lagi satu, yakni Sugihan Tenten. Bila Sugihan Jawa jatuh pada Wrhaspati / Kamis Wage Wuku Sungsang. Kemudian Sugihan Bali pada Jumat Kliwon Wuku Sungsang. Sedangkan Sugihan Tenten jatuh pada Buda Pon Wuku Sungsang atau tujuh hari saat sebelum Hari Raya Galungan.

Disebut Sugihan Tenten karena diartikan sebagai hari ngentenin atau memperingatankan, mengingatkan umat manusia jika saat sebelum Kemenangan Dharma datang, Bhuta Tiga akan datang untuk menggoda umat manusia.

Jadi kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa Sugihan Jawa dan Sugihan Bali sebaiknya tidak ada yang melakukan hanya salah satunya saja. Karena telah dijelaskan di atas akan arti penting dari sugihan-sugihan itu . Maka sebaiknya umat melakukan kedua sugihan itu, yaitu sugihan Jawa dan sugihan Bali.

Mana yang dilakukan, sugihan Jawa apa Sugihan Bali ?

Jadi kesimpulan dari penjelasan di atas bahwa Sugihan Jawa dan Sugihan Bali sebaiknya tidak ada yang melakukan hanya salah satunya saja. Karena telah dijelaskan di atas akan arti penting dari sugihan-sugihan itu . Maka sebaiknya umat melakukan kedua sugihan itu.

Dalam Mitologi Bhuta Kala mengatakan bahwa dalam menyambut hari Raya Galungan, Dewa Siwa memberikan tugas kepada para Bhuta untuk menggoda manusia.

Baca juga : Purnama Kapat Sebagai Hari Suci Musim Semi

Hingga dengan melakukan pembersihan Bhuana Agung pada Sugihan Jawa dan pembersihan Bhuana Alit pada Sugihan Bali akan dapat menjauhkan kita dari godaan Bhuta tersebut.

Hingga pada Hari Galungan nantinya kita semakin lebih mampu untuk memahami makna kemenangan dharma melawan adharma.

Pelaksanaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Sugihan Bali maupun sugihan Jawa, keduanya merupakan rangkaian dalam pelaksanaan hari raya Galungan dan Kuningan yang diawali pada Saniscara kliwon wuku wariga atau yang lebih dikenali dengan tumpek wariga (25 hari).

Perbedaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Kedua sugihan ini bermakna sebagai hari pembersihan, tetapi sebagai perbedaan berada pada hal atau sesuatu yang dibersihkan (disucikan). Bila dilihat, sugihan jawa lebih ke pembersihan makrokosmos atau alam semesta misalnya:

Niskala : Pembersihan dengan jalan mengaturkan upacara banten pengerebuan dan prayassita sebagai simbol penyucian. Semuanya diaturkan ke Ida Batara, para nenek moyang dan para dewa yang beristana dimasing-masing pelinggih atau pura. Dipercaya di saat sugihan jawa ini, para dewa akan turun disertai dengan para leluhur untuk menerima pemujaan.

Sekala : Bersihkan pelinggih atau tempat – tempat (Ngererata atau mabulung yaitu tugas merabas atau mengambil rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar pelinggih)

Baca juga : Filosofi Tumpek Pengatag atau Tumpek Uduh di Bali