5 Fakta Desa Batuan, Pusatnya Seni di Gianyar Bali

5 Fakta Desa Batuan, Pusatnya Seni di Gianyar Bali

5 Fakta Desa Batuan, Pusatnya Seni di Gianyar Bali. Desa Batuan merupakan salah satu desa yang ada di Gianyar. Gianyar ialah nama kabupaten di Propinsi Bali yang populer akan seni dan budayanya. Salah satunya adalah Desa Batuan yang berada di Kecamatan Sukawati.

Beragam jenis kesenian berkembang di desa seni ini. Hingga membuat desanya tergolong sebagai pusat seni di Kabupaten Gianyar, yang populer sampai ke luar negeri. Berikut fakta tentang Desa Batuan di Gianyar Bali.

1. Sejarah Desa Batuan

5 Fakta Desa Batuan, Pusatnya Seni di Gianyar Bali

Desa ini awalnya dikenal bernama Desa Baturan. Ini tercantum pada prasasti di tahun Saka 944 (1022 Masehi). Mengutip dari video “Narasi Budaya Desaku: DESA BATUAN” yang diupload di saluran YouTube Pemerintahan Desa Bebatuan, Desa Baturan ialah pesraman sebagai tempat pemujaan dan peristirahatan Raja Srie Aji Mara Kata.

baca juga : Taman Dedari Bali – Simak Aktivitas seru yang bisa dilakukan

Raja memberi tanggung-jawab ke masyarakat sekitar pesramana untuk mengelola dan memelihara tempat itu. Sebagai imbalannya, masyarakat dibebaskan dari kewajiban bayar pajak. Makin lama, karena perubahan jaman, nama Desa Baturan beralih menjadi Desa Batuan.

2. Letak geografis Desa Batuan

Secara geografis, Desa seni ini berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali. Desa diapit oleh dua sungai, yakni Sungai Petanu dan Sungai Wos.

Berikut batasan daerah Desa yang perlu ada ketahui, diataranya

  • Di bagian selatan adalah Desa Sukawati
  • Kemudian dibagian barat ialah Desa Singapadu tengah
  • Sedangkan Bagian utara ialah Desa Batuan Kaler
  • Dan disisi timur adalah Desa Kemenuh.

3. Ada Pura Puseh paling tua di Bali

5 Fakta Desa Batuan, Pusatnya Seni di Gianyar Bali

Satu daya tarik wisata dari Desa seni ini ialah kehadiran Pura Puseh. Pura ini kerap disinggahi oleh turis, khususnya luar negeri.

Pura yang disebut sisi dari Pura Kahyangan Desa ini ialah tempat menyembah Dewa Wisnu sebagai perwujudan Tuhan yang mempunyai peranan memelihara jagat raya dan didalamnya. Pura Puseh Desa Batuan terhitung Pura Puseh paling tua yang berada di Bali. Pura ini dibuat di tahun Saka 944 atau 1022 Masehi.

Pura ini mempunyai arsitektur kuno yang tetap berdiri kuat, hingga benar-benar cantik untuk dilihat. Disamping itu, di pura ini ada berbagai macam benda purbakala atau benda kuno seperti arca, lingga, dan lain-lain.

4. Tari Rejang Surti yang sakral

5 Fakta Desa Batuan, Pusatnya Seni di Gianyar Bali

Desa seni ini mempunyai tarian sakral yang dinamakan Tari Rejang Surti. Tari ini berasal dari cerita pertarungan di antara I Dewa Babi dan I Dewa Gede Macaling.

Dalam pertarungan itu ada tahuran, yakni untuk siapakah yang kalah ia harus keluar dari Desa Batuan. I Dewa Babi pada akhirnya memenangi pertarungan, dan I Dewa Gede Macaling harus pergi dari desa itu.

Tidak terima atas kalahnya, I Dewa Gede Macaling menuntut balas tiap sasih kalima (bulan ke-5) sampai sasih kasanga (bulan ke-9). Untuk menghindari serangan pandemi itu, warga membuat Tari Rejang Surti untuk dipentaskan.

Kabarnya, karena I Dewa Gede Macaling dan anak buahnya kagum dengan tarian ini, dia mengurungkan tujuannya untuk menyebar pandemi di Desa ini. Tari ini selanjutnya selalu dipentaskan di seluruh Desa tiap Soma Kliwon Klurut, dan Kajeng Kliwon Enyitan pada sasih kalima (bulan ke-5).

Masyarakat tiap hari menarikan Tari Rejang Surti sampai sasih kesanga secara bergiliran. Masyarakat tidak ada yang berani menolaknya karena mereka mempercayai, jika tarian ini ialah penolak bala. Hingga masyarakat Desa akan terbebas dari pandemi penyakit.

5. Lukisan ciri khas Batuan

Satu kesenian yang paling populer ialah seni gambar style Batuan. Seni gambar ini mempunyai keunikan dan mempunyai detil lukisan yang paling kompleks.

Seni Gambar Batuan terdaftar sebagai Peninggalan Budaya Tidak Benda (WBTB) di tahun 2018. Seperti diambil situs Peninggalanbudaya.kemdikbud.go.id, Seni Gambar Batuan mulai dikenal kurang lebih tahun 1930-an. Saat itu antropolig Margaret Mead dan Gregory Bateson lakukan riset, minta anak-anak Desa Batuan memvisualisasikan kisah hidupnya melalui media lukisan.

Tanpa diakui, lukisan yang dibuat mempunyai nuansa magic. Seni lukis yang dimiliki sampai saat ini kerap mengusung tema-tema narasi rakyat seperti tantri, rajapala, calonarang, cerita pewayangan, ritual agama, permasalahan kehidupan setiap hari, dan beberapa hal bau magic. Tetapi pada perubahannya, beberapa pelukis mengambil tema-tema bau kekinian atau modern.

Simak juga : Sejarah Pura Mobil Di Nusa Penida

Sebagai desa seni, Batuan tidak berhenti-hentinya mewarisi talenta seni ke beberapa generasi muda. Satu salah satunya dengan membuat sanggar-sanggar Seni lukis Batuan yang memberi pelatihan melukis ciri khas Batuan ke anak-anak, supaya nantinya mereka dapat melanjutkan peninggalan para nenek moyang Desa Batuan.