Pengertian Hari Raya Suci Pagerwesi adalah hari yang terbaik untuk dekatkan Atman ke Brahman sebagai guru sejati. Pengetahuan sejati itu sebenarnya sebagai “pager besi” membuat perlindungan hidup kita di bumi ini.
Hari pagerwesi di peringati setiap 6 bulan penanggal kalender Bali yaitu 35 hari dalam 1 bulan. Tepatnya setiap Budha Kliwon Shinta sebagai hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru disertai oleh Dewata Nawa Sangga
Di kutip dari lontar Sundarigama” Pagewesi hari raya agama hindu ini mengandung makna, Hyang Premesti Guru ialah Tuhan dalam realisasinya sebagai guru sejati.
Sedangkan makna yang lebih dalam terdapat dalam kemahakuasaan Sanghyang Widhi sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur. Atau dikenali dengan Uttpti dengan aksara suci “Ang” , Stiti dengan aksara “Ung” dan Pralina dengan aksara “Mang”
Arti Pagerwesi
Secara garis besar perayaan hari suci pagerwesi ini mengandung filosofi sebagai lambang keteguhan iman. Kata Pagerwesi terdiri dari dua suku kata ” Pager yang memiliki arti pagar atau perlindungan, dan Wesi yang memiliki arti besi.
Jadi Pagar Besi ini berarti satu sikap keteguhan iman dan ilmu pengetahuan yang di miliki oleh manusia, karena tanpa ilmu dan pengetahuan kehidupan manusia akan alami kegelapan (Awidya).
Rangkaian Upacara Hari Raya Suci Pagerwesi
Sedangkan untuk rangkain upacara suci Pagerwesi sendiri diawali dengan menghaturkan persembahan dan pemujaan di sanggah di pekarangan rumah. Selanjutnya umat hindu melanjutkan persembahyangan ke pura desa di kawasan tempat tinggal. Terakhir ke pura keluarga.
Pada umumnya penerapan pemujaan yang sudah dilakukan sama. Tetapi ada beberapa desa melakukan perayaan dengan beberapa cara yang lebih besar, seperti di Buleleng Bali.
Hubungan hari raya Pagerwesi dan hari raya Saraswati serta pengaruh bagi kehidupan
Upacara dan peringatan hari raya suci Pagerwesi sendiri erat berkaitan dengan peringatan hari raya Saraswati. Yang disebut sebagai hari perayaan turunnya ilmu pengetahuan dari Tuhan ke manusia.
Simak Juga : Hari Raya Saraswati, Makna dan Inti Perayaannya
Sesudah di turunkan, ilmu dan pengetahuan ini selanjutnya dipakai secara baik agar mempermudah kehidupan, dan meneguhkan iman dari umat manusia tersebut.
Oleh karenanya beberapa rangakaian perayaan hari suci dari Saraswati sampai ke Pagerwesi, memiliki kandungan arti seperti berikut
1. Sesudah Saraswati, esoknya hari Minggu, ialah hari Banyu pinaruh, di mana di hari itu umat Hindu di Bali lakukan penyucian diri dengan mandi di laut atau di kolam mata air.
Di saat ini dipanjatkan permintaan mudah-mudahan ilmu dan pengetahuan yang telah dianugerahi oleh Sanghyang Widhi bisa dipakai untuk arah-tujuan mulia. Seperti untuk kesejahteraan umat manusia di dunia dan terhubungnya keserasian Trihita Karana. Yakni jalinan yang serasi di antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan setiap orang, dan manusia dengan semesta alam.
Simak juga : Makna Banyu Pinaruh, Perayaan Tahun Baru Menurut Kalender Bali
2. Selanjutnya, hari Senin disebutkan hari Somaribek, yang diartikan sebagai hari di mana Sanghyang Widhi memberikan karunia berbentuk kesuburan tanah dan hasil panen yang cukup buat mendukung kehidupan manusia.
3. Seterusnya, hari Selasa, disebutkan Sabuh Mas, yang tidak terlepas hubungannya dengan Saraswati. Di mana umat manusia akan terima pahala dan rejeki berbentuk pemenuhan tuntutan hidup yang lain.
Jika bisa menggunakan ilmu pengetahuan dan tehnologi di jalan dharma. Di hari itu umat Hindu di Bali menyembah Sanghyang Widhi dalam realisasi sebagai Mahadewa.
4. Hari raya Pagerwesi pada hari Rabu, yang bisa disimpulkan sebagai satu pedoman hidup yang kuat seperti satu pagar dari besi yang menjaga supaya ilmu pengetahuan dan tehnologi yang telah dipakai dalam peranan kesucian, bisa di lestarikan, dan dijaga supaya bisa menjadi dasar untuk kehidupan umat manusia selama-lamanya.
Renungan Dalam Pagerwesi
Pokok dari perayaan Pagerwesi itu ialah menyembah Tuhan sebagai guru yang sejati. Menyembah memiliki arti menyerah diri, menghargai, meminta, beri pujian dan memfokuskan diri.
Ini memiliki arti kita harus memberikan ketidaktahuan kita pada Tuhan supaya beliau sebagai guru sejati bisa isi kita dengan kesucian dan pengetahuan sejati. (*)