Makna Banyu Pinaruh, Perayaan Tahun Baru Menurut Kalender Bali

Makna Banyu Pinaruh, Perayaan Tahun Baru Menurut Kalender Bali
Poto Ilustrasi Persembahyangan sebelum melakukan pengelukatan dalam rangka pembersihan diri di hari Banyu Pinaruh, photo dokumen suara Bali

Makna Banyu pinaruh adalah hari penyucian pikiran dengan Air Pengetahuan pada saat akhir penanggalan kalender Bali, yaitu wuku Watugunung. Banyu Pinaruh merupakan runtutan dari perayaan hari raya saraswati yang dilaksanakan satu hari setelah hari Saraswati, dimulai sebelum matahari terbit.

Menurut kalender Bali, satu tahun terdiri dari 210 hari dan minggu terahir tersebut bertepatan dengan penanggalan Bali yaitu Watugunung. Di tutup pada hari Sabtu Umanis Watugung. Di mana umat Hindu Dharma rayakan hari persembahyangan yang di tujukan kepada Sang Hyang Aji Saraswati.

Sedangkan sudah dijelaskan sebelumnya, keesokan harinya adalah hari Minggu Pahing merupakan hari awal di tahun baru kalender Bali, yang diawali dengan wuku Sinta, umat Hindu Dharma melakukan ritual Banyu Pinaruh.

Arti dan Makna Banyu Pinaruh

Banyu Pinaruh berasal dari dua kata yaitu ” banyu ” yang memiliki arti air (kehidupan). Dan kata ” Pinaruh ” yang berasal dari kata weruh atau pinih weruh. Kata Weruh memiliki makna Ilmu pengetahuan. Bila digabungkan Makna Banyu Pinaruh adalah hari di mana kita memohon sumber air pengetahuan.

Di hari ini umat Hindu Dharma melakukan asuci dengan membersihkkan diri di laut atau di sungai pada pagi hari, ketika matahari terbit. Sesudah mandi di laut atau di sungai, kemudian berkeramas menggunakan air kumkuman.

Air Kumkuman merupakan air yang berisi bermacam-macam bunga-bunga segar dan wangi. Kemudian melakukan mempersembahkan sesajen berbentuk labaan nasi kuning dan loloh di merajan, sesudah menghaturkannya, selanjutnya diakhiri dengan nunas lungsuran.

Dikutip dari Manawa Dharmasastra pada Buku V.109

Adbhirgatrani cuddhyanti manah satyena cuddhyati, widyatapobhyam bhutatma, buddhir jnanena cuddhyati.”

Artinya :

Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa disucikan dengan pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dengan pengetahuan yang benar.

Makna Banyu Pinaruh yang tercantum pada buku kesatuan tafsir pada aspek agama Hindu I-XI.

“Rahina Banyu Pinaruh ialah hari yang bagus, hari di mana kita meminta sumber air pengetahuan untuk bersihkan kekotoran atau kegelapan pemikiran (awidya) yang menempel pada tubuh kita”

Melakukan Pengelukatan Saat Banyu Pinaruh

Penglukatan bisa dilaksanakan di sejumlah tempat, seperti Sumber mata air (klebutan), Campuhan (pertemuan aliran sungai dan laut), Pantai, Merajan. Penglukatan sendiri bisa di puput oleh Pandita, Pinandita/Pemangku, atau dilaksanakan sendiri langsung ke beberapa sumber mata air seperti klebutan, campuhan, atau di pantai.

Banten pengelukatan yang paling simpel bisa memakai canang sari atau pejati untuk mengaturkan piuning dalam persembahyangan memohon air suci.

Simak Juga : Tumpek Wayang, filosofi dan watak kelahiran tumpek wayang

Menurut Pandita Sidemen saat Banyu Pinaruh dengan melakukan pengelukatan bertujuan untuk ngelebur mala. “Kalau di laut atau Segara merupakan tempat untuk peleburan dasa mala. Dengan melakukan prosesi ini, diharapkan terjadi keseimbangan lahir dan batin,” ucapnya.

Menurut Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda memaparkan jika Sehari sesudah rayakan Hari Suci Saraswati, umat Hindu di Bali umumnya lakukan acara melukat atau mandi di pemandian suci atau segara (laut).

Acara itu umumnya ditutup dengan menyantap nasi dira atau nasi warna kuning. Tetapi saat sebelum disantap dengan keluarga, nasi itu lebih dulu disembahkan ke tiap pelinggih di sanggah/merajan atau tempat yang lain yang berada di kawasan rumah.

Mengapa Saraswati selalu tidak lepas dari Banyu Pinaruh dan nasi dira?

Saat bicara tentang upacara atau hari suci, pengetahuan kita tidak boleh terlepas dari instrument ruang dan waktu. Saat ada di ruang dan waktu, di situ ada materi. Tetapi kita harus ketahui, materi dalam upacara atau hari suci ialah berbentuk arti atau simbol.

Hari dalam hal ini, mempunyai artinya sendiri . Maka, berkaitan dengan perayaan Saraswati ini, jika kita berangkat dari ide dasar “Kehadiran Tuhan untuk memberi tuntunan pada umat manusia”, karena itu kita harus kembali bersihkan pikiran dari pengaruh duniawi.

Karena, Tuhan datang lewat pikiran yang suci. Hal yang membandingkan manusia dengan binatang dan tumbuhan itu cuman satu, yaitu manas (pikiran).

Faktor ini harus diperbedayakan untuk kembali memuliakan derajat manusia. Pikiran harus ditransendensikan, memakai sarana kecerdasan kebijaksanaan atau bhudi.

Dalam pandangan agama Hindu, kemuliaan ini disalurkan ilmu dan pengetahuan. Di Bali, perayaan turunnya pengetahuan ini dirayakan tiap Saniscara Umanis, Wuku Watugunung. Tepatnya di Hari Raya Saraswati.

Umat hindu dharma meyakini pengetahuan itu di turunkan dalam bentuk air. Karena, air sebagai simbol kemurnian atau kesucian, yang bisa bersihkan aura negatif dari pengaruh sekala atau niskala, dan dapat mengembalikan kemuliaan manusia. Oleh karena itu, umat melangsungkan mandi suci saat Banyu Pinaruh.

Simak Juga : Hari Raya Saraswati, Makna dan Inti Perayaannya

Barang siapakah yang sudah mendapat ilmu dan pengetahuan, akan nikmati kemakmuran. Karena bagaimana juga, tanpa perbuatan dan ilmu dan pengetahuan, tidak ada kemakmuran. Kemakmuran dilambangkan dengan nasi dira ( nasi berwarna kuning ).