Tumpek Wayang, filosofi dan watak kelahiran tumpek wayang

Tumpek Wayang, filosofi dan watak kelahiran tumpek wayang

Upacara Tumpek Wayang merupakan hari keramat yang jatuh setiap 6 bulan sekali atau setiap 210 hari. Dihitung menurut kalender Bali, tepatnya pada Hari Sabtu / Saniscara Kliwon Wuku Wayang. Untuk Tumpek Wayang tahun 2021 jatuh pada tanggal 7 agustus. Menurut adat di Bali, seorang anak yang lahir di Wuku Wayang harus melukat dengan Tirta Wayang Sapuh Leger.

Tumpek Wayang sendiri biasanya di tandai dengan pergelaran wayang kulit yang umum dipentaskan di hari suci ini. Yang lebih dikenal dengan nama wayang Sapuh Leger. Pementasan wayang ini dimaksudkan untuk sarana penyucian diri bagi anak yang kebetulan lahir di Wuku Wayang.

Makna Hari Tumpek Wayang

Hari Tumpek Wayang sebagai hari suci yang mengarah pada peruwatan atau pesucian bagi kelahiran di wuku wayang. Jika ia terlahir di wuku wayang bakal ada pertunjukan wayang yang dinamakan wayang sapuh Leger.

Menurut beberapa nara sumber, Kata sapuh memiliki arti peruwatan, leger memiliki arti mala atau kotoran yang ada pada diri manusia itu sendiri. Jadi kata “sapuh leger” berarti pembersihan atau peruwatan kotoran atau mala secara niskala yang dibawa dari lahir oleh orang yang lahir di wuku wayang tersebut.

Untuk Wuku wayang itu sendiri terdiri dari 7 hari dalam seminggu penuh, diawali dari hari Minggu sampai hari Sabtu, dimana di hari Sabtunya dirayakan sebagai hari Tumpek Wayang.

Sifat Orang yang lahir saat Wuku Wayang

Orang yang lahir di wuku wayang, umumnya memiliki watak yang keras dan berprilaku yang aneh. Seperti sering marah-marah, meminta sesuatu yang yang aneh-aneh, bila tidak dikasi akan marah. Kemudian berani melawan orang-tua. Atau pendiam, tapi saat mengambil pekerjaan, dia senang mengambil pekerjaan aneh-aneh yang tidak sesuai dengan yang di tugaskan.

Baca Juga : 14 Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan, Simak di sini!

Saat itu, pementasan Wayang Sapuh Leger sendiri umumnya bercerita tentang Hyang Rare Kumara yang dikejar-kejar oleh kakaknya Hyang Bathara Kala untuk dibunuh. Hyang Rare Kumara dikisahkan memiliki karakter berani menantang kakaknya Hyang Bathara Kala. Mereka berdua disebutkan sama-sama terlahir di wuku wayang.

Sejarah Wayang Sapuh Leger

Atas ide sang Ayah, Bathara Siwa, dibuatlah trik supaya Hyang Bathara Kala tidak bisa menangkap adiknya Hyang Rare Kumara. Di saat ada pertunjukan wayang, Hyang Bathara Kala memburu adiknya, tetapi si adik berhasil sembunyi di bawah bumbung gender (alat musik) yang ada pada pertunjukan wayang itu.

Hyang Bathara Kala mengamuk sampai menjatuhkan upakara dalam pertunjukan wayan tersebut. Hingga membuat si dalang marah, dan minta Bathara Kala untuk mengembalikan upakara seperti sebelumnya.

Tetapi Bathara Kala tidak menerimanya, hingga dibuatlah persetujuan bila ada orang terlahir di wuku wayang, setelah diupacarai dengan Wayang Sapuh Leger, Bathara Kala jangan kembali menggoda atau mengusik apa lagi membunuh orang tersebut.

Baca Juga : Purnama Sasih Karo – Bulan Penuh Kemuliaan pemujaan Dewa Iswara

Di lain sisi, berkaitan dengan peruwatan atau penyucian diri, selain wayang Sapuh Leger. Pertunjukan wayang lain yang memiliki fungsi untuk pembersihan diri adalah Wayang Sudamala.