Pengertian, Makna dan Rangkaian Hari Raya Tumpek Landep. Sesuai pembagian hari raya umat Hindu Indonesia memiliki dua pelaksanaan hari suci, diantaranya; Hari Raya yang berdasarkan penghitungan sasih, dan hari raya suci yang berdasarkan penghitungan pawukon atau wuku. Hari suci yang dilakukan berdasarkan hitungan sasih yaitu hari suci Nyepi dan hari suci Siwalatri.
Selanjutnya, hari suci yang di rayakan berdasarkan perhitungan wuku atau pawukon, seperti; hari suci Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, Buddha kliwon, Tumpek, Buddha wage, Buddha cemeng, Anggara kasih dan ada banyak yang lain.
Pengertian Hari Raya Tumpek Landep
Secara etimologi “tumpek” yang berasal dari kata tampa yang mempunyai arti turun. Tampa dalam kamus jawa kuna mendapatkan sisipan kata Um, hingga beruba jadi Tumampak yang berarti berpijak.
Kata ini selanjutnya berubah jadi kata keterangan yaitu “Tumampek” yang memiliki arti dekat. Kata ini kembali alami persenyawaan hurut “M” hingga berubah jadi “Tumpek”.
Menurut keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hari suci Tumpek sebagai hari peringatan Turunnya manifestasi Ida Sanghyang Widhi Wasa ke Bumi.
Selanjutnya ada pula yang menjelaskan jika hari raya Tumpek Landep berasal dari 2 kata yaitu “Tumpek” dan “Landep”. Tumpek berasal dari kata “Metu” yang memiliki arti Bertemu dan “Mpek” yang memiliki arti akhir.
Baca juga : 14 Makna dan Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan
Bila memandang arti kata di atas bisa disebutkan jika “Tumpek” sebagai hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, di mana Panca wara yang diakhiri dengan Kliwon anda Sapta wara diakhiri Saniscara (hari Sabtu).
Sedangkan kata “Landep” sendiri mempunyai arti Tajam atau Lancip. Oleh karena itu pada upacara-upacara Tumpek Landep dilaksanakan upacara pada benda-benda tajam seperti keris pusaka dan beberapa benda tajam yang lain.
Makna Hari Raya Tumpek Landep
Pada jaman Globalisasi seperti sekarang ini umat Hindu mengartikan hari raya Tumpek Landep sebagai hari penyucian pada benda-benda seperti keris, tombak dan sekarang ini dipakai sebagai penyucian pada beberapa benda eletronik seperti perangkat kerja seperti komputer, smarphone, mobil, motor dan lainnya.
Pemberian banten pada beberapa benda itu bermakna supaya sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Hyang Pasupati sudi memberi karunianya pada beberapa benda itu supaya mempermudah jalan hidup pemiliknya saat dipakai.
Disamping itu Tumpek landep memiliki makna pemujaan dan rasa sukur ke Hyang Pasupati atas semua ciptaanya. Sehingga atas analisys dari manusia memakai ketajaman Jnana (pemikiran/idep, nalar dan ilmu pengetahuannya) hingga berhasilah memproses besi yang dipakai untuk memperlancar usahanya dalam mendukung kehidupan sehari-hari.
Simak juga : Mengenal 10 Bagian Rumah Adat Bali dan Fungsinya, apakah itu?
Karena itu wajarnya pada tumpek ini kelihatannya di katagorikan sebagai sarwa sanjata-senjata yang di buat besi, pada hal yang inti bagaimana ketajaman dari Jnanam kita yang di anugrahi oleh sang maha pencipta.
Dalam Kalender Bali Digital diterangkan jika tumpek landep disebut sebagai upacara yadnya selamatan pada semua jenis alat yang tajam atau senjata, keris dan lain-lain.
Dengan memohon kehadapan Bhatara Siwa dan Sang Hyang Pasupati supaya semua alat / senjata masih tetap sakral yang perayaannya dilaksanakan tiap 210 hari yakni pada sabtu wuku landep.
Filosofi Tumpek Landep
Dalam Tumpek Landep, Landep yang didefinisikan tajam memiliki filosofi yang memiliki arti jika Tumpek Landep sebagai tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pemikiran).
Dengan begitu umat selalu bertingkahlaku menurut kejernihan pemikiran dengan dasar nilai – nilai agama. Dengan pemikiran yang suci, umat sanggup memisah dan memutuskan yang mana baik dan yang mana jelek.
Tumpek landep sebagai tonggak untuk mulat sarira / mawas diri untuk membenahi watak supaya sesuai tuntunan – tuntunan agama. Pada rerainan tumpek landep sebaiknya umat lakukan pemujaan di sanggah/ merajan dan di pura.
Memohon wara nugraha ke Ida Bhatara Sang Hyang Siwa Pasupati supaya dikasih ketajaman pemikiran hingga menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat. Pada rerainan tumpek landep dilaksanakan pembersihan dan penyucian pusaka peninggalan nenek moyang.
Simak juga : Hari Raya Suci Pagerwesi, Makna dan Pengaruh Bagi Kehidupan
Menurut Dharma Wacana dari Ida Pedanda Gede Made Gunung, Bila melihat pada arti rerainan Tumpek Landep. Sebenarnya upacara pada motor, mobil atau peralatan kerja lebih pas dilakukan pada Tumpek Kuningan.
Yakni sebagai ucapan syukur atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas fasilitas dan prasara hingga mempermudah aktivitas umat. Dan memohon supaya piranti ini bisa berperan secara baik dan tidak mencelakai.
Rangkaian Pelaksanaan Hari Raya Tumpek Landep
Dalam Lontar Sundari Gama diterangkan jika Banten yang dipakai di hari Raya Tumpek Landep yaitu tumpeng putih kuning lengkap dengan lauk sate, terasi merah, daun dan buah – buahan.
Selanjutnya 29 tanding (kelompok) dihaturkan di Sanggah / Merajan (tempat suci). Persembahan ke Sanghyang Pasupati berbentuk sebuah Sesayut Pasupati, sebuah Sesayut Jayeng Perang, sebuah Sesayut Kusumayudha, Banten Suci, Daksina, Peras, Ajuman, Canang Harum, Reresik atau Pabersihan.
Pengertian Pasupati
Pasupati ialah proses sakralisasi pada beberapa benda keramat sebagai permohonan yang diperuntukkan ke Sanghyang Pasupati.
Di ucapkan dengan mantra weda yang diperlengkapi dengan banten pasupati. Pasupati sebagai permohonan untuk menghidupkan beberapa benda keramat dengan memakai upacara pasupati.
Agar benda tersebut bisa memberikan kemampuan magic pada beberapa benda keramat tersebut. seperti sebuah arca pada tempat suci yakni berbentuk patung / ukir-pahatan yang sudah dipasupati dan mempunyai roh /atma suci, sebagai sthana para dewa, Sang Hyang Widhi dan lain-lain.
Nah itu dia sedikit tentang Pengertian, Makna dan Rangkaian Hari Raya Tumpek Landep yang di ambil dari beberapa sumber, di tulis oleh I Made Wiranata. (*)