Pelaku Pariwisata Harapkan Karantina untuk Turis Asing Dikurangi

Karantina untuk Turis Asing Dikurangi

Pelaku pariwisata di Indonesia mengharapkan supaya periode karantina untuk turis atau wisatawan luar negeri (wisman) dan pelaku perjalanan luar negeri bisa dikurangi. hal itu menyusul gagasan pemerintah untuk mengurangi lama karantina wisman dan pelaku perjalanan luar negeri jadi lima hari.

Adapun durasi waktu karantina yang berjalan sekarang ini ialah sepanjang delapan hari. Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno menjelaskan jika pihakanya merasa berkeberatan karena ada karantina.

“Ini karena akan mengurangi peluang kita untuk berjualan baik ke luar atau dalam negeri – inbound dan outbound sama-sama merasakan kesusahan,” ucapnya. Adapun, Pauline sampaikan hal itu saat Tatap muka Lintas 4 Asosiasi Pariwisata bertemakan “Mengulas Ketentuan Terkait Peraturan Karantina yang Banyak Mendapatkan Protes Dari Masyarakat”, Jumat.

Selainnya biaya, durasi waktu berlibur pelancong juga terpengaruh oleh karantina. Dia menjelaskan jika banyak negara yang telah membuka perbatasan, salah satunya Turki, Dubai, dan Maladewa. Beberapa negara di Eropa bahkan juga telah dibuka untuk wisatawan dari Indonesia yang bervaksin Covid-19 lengkap.

Kendala bila Karantina untuk Turis Asing Terlalu lama

“Tetapi balik lagi, ada persoalan karantina untuk turis asing membuat kita berjualan cukup tersendat-sendat. Satu diantaranya adalah dalam segi biaya, ke-2 dari sisi waktu,” katanya. Menurut dia, wisman yang tiba ke Indonesia akan merasa keberatan dengan karantina. Hal itu karena sepanjang delapan hari mereka harus ada dalam kamar hotel tanpa dibolehkan keluar sama sekali.

Pandangan yang sama pula dikatakan oleh Ketua Umum Asosiasi Tour dan Travel Agent (ASITA), Artha Hanif. Dia memiliki pendapat, wisman dan pelaku perjalanan luar negeri sudah penuhi syarat dan jalani rangkaian tahapan, satu diantaranya test PCR di negara keberangkatan, supaya bisa mendarat di Indonesia.

“Jika tidak (test PCR), ia tidak dapat masuk Indonesia. Tiba di sini telah PCR ulang, (hasilnya) negatif. Telah divaksinasi (Covid-19) komplet. Ia orang sehat, hanya cemas (karena) ia dari perjalanan jauh, karena itu ia diisolasi,” katanya,

Jumat. Disamping test PCR dan terlihat lewat eHAC, sambungnya, beberapa wisman berkunjung ke beberapa tempat wisata yang telah bersertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability). Tidak itu saja, keseriusan Indonesia dalam penuhi target vaksinasi Covid-19 pantas jadi perhatian.

Dia pahami jika karantina mempunyai tujuan yang bagus, tetapi pada prakteknya tidak selamanya semacam itu. Dia memberikan contoh beberapa tamu yang jalani karantina di hotel bintang lima, tetapi mendapatkan makanan yang kurang memberikan kepuasan.

Baca juga : Pantai Cinta Kedungu, Lahan Tidur yang di Sulap Jadi Tempat Nongkrong

“Kita anggapan (seorang tamu) sehat, walaupun perlu diisolasi. Tetapi hotel tidak sediakan program apa saja yang membuat (tamu yang) berkaitan – apa WNI (masyarakat negara Indonesia) atau WNA (masyarakat negara asing) dapat betah ada di hotel,” kata Artha. Ditambahkan lagi, wisatawan dan pelaku perjalanan luar negeri yang dikarantina harus mempersiapkan ongkos tambahan dimulai dari Rp 7 juta per-orang.

Merugikan inbound tour operator

Salah satunya pelaku pariwisata yang terimbas karantina ialah tour operator. Menurut Ketua Umum Indonesia Inbound Tour Operators Association (IINTOA), Paul Edmundus, hal itu karena salah satu pekerjaan inbound tour operator ialah jemput dan mengantarkan wisatawan selama berwisata.

Hal Senada juga disampaikan Artha, menurut dia vaksinasi Covid-19 di negara asal wisatawan dan pelaku perjalanan luar negeri seharusnya diperhitungkan.

“Untuk wisatawan yang telah vaksin di negaranya dan dianggap bebas pergi kemanapun, mengapa di negara kita wajib melakukan karantina delapan hari – katakan lima hari? Saya anggap 2 hari (masa karantina) lebih logis dibanding delapan atau lima hari. 2 hari atau sehari saat lakukan (test) PCR,” terangnya, pada acara yang serupa.

Sedikit berlainan dengan pendapat awalnya, Ketua Umum Indonesian Tour Leaders Association (ITLA), Tetty DS Ariyanto, menyarankan pelaku pariwisata untuk siap-siap dalam menyongsong wisman di Indonesia.

Lebih-lebih menurut dia ada banyak acara kelas dunia yang hendak diadakan di Indonesia, satu diantaranya World Superbike di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, pada November 2021.

Baca juga : Sambut WNA Bali Siapkan 35 Hotel Karantina Dengan Harga Mulai 10jt

“Saya lihat angkanya tinggi yang hendak datang, undangan dari internasional masuk ke Indonesia atau dari lokal. Pertanyaan saya, kita siap tidak layani itu dengan semua SOP (Standard Operasional Prosedur) yang baru? Janganlah sampai terjadi bottleneck (kepadatan) pada tempat kedatangan,” jelasnya, Jumat.

Adapun dia lebih memperhatikan persiapan infrastruktur dan replikasi yang dapat dilaksanakan. “Jika dari biaya (cost), forget about saving (lupakan mengenai menabung) karena saat ini resikonya sangat tinggi dan beberapa usaha itu harusnya mempertimbangkan semua resiko yang semula tidak berada di komponen-komponen tour planning kita, saat ini ada,” tutur Tetty.