Tradisi Makepung di Jembrana – Balap Kerbau Khas Jembrana Bali

Tradisi Makepung di Jembrana - Balap Kerbau Khas Jembrana Bali

Tradisi Makepung di Jembrana ialah tradisi yang hanya bisa anda temukan di Bali Barat yang bisa wisatawan nikmati secara gratis. Pulau Bali mempunyai banyak budaya dan tradisi unik, hingga kebanyakan wisatawan ingin tahu dan ingin mengenalinya lebih dekat.

Beberapa tradisi yang cukup terkenal di pulau Dewata ini ialah pemakaman di Trunyan, Perang pandan (mekare-kare) di Tenganan, Omed-omedan dan Mekotek tradisi itu erat hubungan dengan keyakinan beragama untuk umat Hindu pada desa yang ada di Bali

Tradisi Makepung Jembrana sendiri cukuplah menarik dan terkenal di pulau Dewata Bali dan terkait dengan aktivitas beberapa petani, aktivitas ini ialah sebuah pacuan kerbau yang cuma diselenggarakan di kabupaten Jembrana atau Bali Barat.

Jembrana dikenal dengan Bumi Makepung

Hingga kabupaten ini dikenali sebagai “Bumi Makepung”, di saat pacuan ini selalu digemari oleh kebanyakan peserta dan banyak pengunjung yang ingin melihat aktivitas ini.

Bila telinga anda sering dengar bull race, karena itu di kabupaten Jembrana ini siap mengadakan tradisi olah raga unik dengan laga buffalo race. Pacuan hewan ini seperti karapan sapi yang diadakan di Madura, atau sapi Grumbungan di Kabupaten Buleleng.

Tetapi Tradisi Makepung di Jembrana Bali ini menyuguhkan beragam hal menarik seperti performa kerbau dan teknik unik untuk tentukan para juaranya.

Sangat terkenal untuk masyarakat Bali apa lagi untuk warga Jembrana, tiap moment yang diadakan dipropagandakan sebagai pertunjukan wisata hingga banyak pula disukai oleh wisatawan asing. Apa lagi pemda di tempat benar-benar konsen dengan kehadiran tradisi Makepung ini.

Penentuan Pemenang di Tradisi Makepung di Jembrana Bali

Kata Makepung memiliki arti berkejar-kejaran, karena itu untuk lomba yang diadakan ialah saling berkejaran. Sebuah pacuan beradu kecepatan diadakan dengan memakai sepasang kerbau ditunggangi dengan seorang sais atau joki.

Untuk tentukan juaranya tidak karena siapakah yang pertama ke arah garis finis, tapi ditetapkan jarak di antara antara peserta.

Umumnya ditetapkan dalam jarak 10 mtr., bila peserta di depan dapat melebarkan jarak lebih dari 10 mtr. dengan peserta ke-2 karena itu peserta yang di depan itu jadi juaranya.

Tapi bila peserta yang ada berada di belakangnya dapat mempersempit jarak kurang dari 10 mtr., karena itu peserta yang ada berada di belakangnya sebagai juara, disini uniknya teknik penilaian juara tradisi Makepung bila dibanding dengan pacuan-pacuan yang lain.

Tradisi Makepung di Jembrana ini berasal dari aktivitas beberapa petani untuk mengisi waktu di antara waktu luangnya sesudah usai membajak sawah garapannya.

Pacuan kerbau ini berawal dengan memakai satu ekor kerbau, pada akhirnya memakai sepasang kerbau, gerobak atau cikar tempat joki mengontrol kerbau dahulunya besar sekarang lebih kecil, mereka sama-sama beradu cepat untuk dapat mengejar musuh tandingnya supaya jarak ke-2 nya jadi lebih dekat ataupun lebih jauh.

Pilihan Kerbau yang Ikut Lomba

Tradisi Makepung di Jembrana - Balap Kerbau Khas Jembrana Bali

Kerbau-kerbau pacuan diputuskan yang terbaik, bahkan juga oleh tuannya, diberlakukan bak seorang olahragawan, benar-benar dimanja, mendekati perlombaan disajikan menu khusus dan ramuan-ramuan yang menciptakan energi extra.

Bahkan juga kabarnya obat doping untuk hewan itu dihalalkan saat beradu di arena. Saat sebelum mengawali perlombaan pemilik tak lupa lakukan acara ritual.

Baca juga : Budaya dan Tradisi di Bali yang Jadi Daya Tarik Wisatawan, Apa saja itu?

Tetapi di saat pertandingan diawali dan pacuan diadakan, situasinya bisa menjadi berbeda. Kerbau-kerbau pacuan itu dipecut dengan maksimum, bahkan juga untuk memacunya tidak memakai pecut, tapi memakai tongkat bergigi dengan paku dan memukulnya dengan semaksimal mungkin.

Untuk pencinta hewan pemandangan ini pasti benar-benar memilukan karena tubuh kerbau akan lecet-lecet dan keluarkan darah, meskipun menurut pemilik kerbau, cedera itu gampang untuk sembuh dengan obat-obat tertentu yang telah dimengerti oleh pemilik kerbau.

Tetapi bagaimana juga ini sebuah tradisi, pertunjukan wisata di Bali Barat Makepung ini harus dijaga lestari, supaya kehadiranya tidak musnah, sebuah peninggalan budaya yang harus dijaga.

Harapan Kedepannya

Tetapi yang akan datang kemungkinan ini perlu ditinjau kembali oleh pihak pelaksana, supaya hewan itu tidak alami kekerasan, apa lagi event-event yang diadakan banyak dilihat oleh anak-anak dan dilihat oleh orang asing.

Tradisi Makepung di Jembrana Bali, diadakan bersamaan saat panen raya, mulai pada Juli sampai Nopember tiap tahunnya umumnya pacuan diadakan tiap hari Minggu, dimulai dari babak-babak penyisihan sampai final.

Even yang rutin diadakan ialah Makepung dengan merebutkan Bupati Cup dan Jembrana Cup, termasuk event-event yang lainnya. Aktivitas ini jadi perhatian dari pemda, hingga tiap pergelaran pesertanya semakin meningkat.

Pergelaran tradisi Makepung ini diadakan dalam sirkuit-sirkuit di Jembrana seperti circuit Awen, Sanghyang Cerik , circuit Delodbrawah, circuit Kaliakah, circuit Mertasari dan circuit Pangkung Dalem, circuit itu berbentuk letter U dengan panjang lintasan 1 – 2 km.

Realisasinya bisa saja berbeda tempat bergantung konidisi circuit atau lapangan saat penyelengaraan laga. Tiap acara laga disertai dengan Gambelan Jegog yang disebut musik tradisionil khas Bumi Makepung Jembrana disertai dengan tari Makepung oleh beberapa remaja putri.

Situasinya akan semarak, apa lagi kerbau-kerbau pacuan dihias mahkota di bagian kepalanya begitu halnya sundul dan leher kerbau ikut juga dihias, hingga kelihatan lebih stylish, gagah dan cantik. Sebuah bendera pada kerbau pacuan tidak ketinggalan sebagai lambang kebesaran pemiliknya.

Waktu dan bulan penyelenggaraan Tradisi Makepung

Saisnya perlu keterampilan khusus supaya tidak jatuh saat mengontrol pacuan, kelihatan benar-benar semangat memacu kerbaunya, situasinya akan demikian ramai dan semarak, hingga benar-benar sayang bila anda liburan ke Bali pada bulan Juli – Nopember tidak nikmati atraksi itu.

Adat Makepung itu diadakan di jalanan pada area persawahan atau di dataran pada area kering, akan tetapi ada pula Makepung dilaksanakan di tempat basah dan dikenal dengan Makepung Lampit, pertunjukan ini memakai sepasang kerbau dengan menarik sebuah papan kayu yang disebutkan lampit pada tempat berlumpur.

Tradisi ini untuk jaga budaya agraris yang dimiliki kabupaten Jembrana, mengingati warga selalu untuk hidup gotong-royong khususnya saat menggarap sawah, khususnya saat penyiapan menanam padi.

Baca juga : 10 Kesenian Tradisional Bali Yang Jarang Diminati di Jaman Milenial

Karena saat sebelum ditanam padi, petak-petak sawah yang telah dibajak dan tergenangi air diratakan lebih dulu, proses perataan tanah atau lumpur ini memakai sebuah papan (lampit) dan diambil oleh sepasang kerbau, selanjutnya berkembang jadi Makepung Lampit.