PPKM Level 4 Masih Betah di Bali, 3 Indikator Penyebabnya

PPKM Level 4 Masih Betah di Bali

DENPASAR – PPKM Level 4 Masih Betah di Bali, 3 Indikator Penyebabnya. Pemerintah telah mengumumkan hasil mengevaluasi PPKM Level 4 yang ada di Jawa-Bali. Dan Luhut masih menetapkan Bali berada di level 4 mulai 7 september sampai 13 september 2021

Keadaan ini, searah dengan prediksi ahli Virologi FKH Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika. Dia menjelaskan ada tiga indikator sebagai penyebab tetapnya PPKM Level 4 di Bali.

Dijelaskannya, indikator pertama, tingkat hunian rumah sakit di Bali masih tinggi. Walau memang untuk kasus kematian dan kasus terkonfirmasi harian, trendnya telah turun. “Idealnya masih di PPKM Level IV. Jika dipaksa, dapat turun ke level III,” katanya saat dikonfirmasi, Senin (6/9).

Disamping itu, indikator ke-2 ialah aktivitas tracing yang rendah. Dengan tracing yang rendah, tidak dapat untuk menurunkan angka kasus dengan cepat.

Indikator ke-3 ialah kerumunan masih banyak terlihat. “Intinya di Bali tracing masih rendah, kerumunan masih banyak terlihat di Bali,” katanya.

Yang paling utama menurut dia ialah penanganan di rumah sakit (SR). Untuk pasien yang sakit, supaya dipastikan dahulu dapat ditolong dan supaya tidak meninggal dunia.

Kepada warga, diharapkan segera memberikan laporan diri jika terkena Covid-19. Karena, jika sudah cukup lama, fasenya telah mengarah ke menengah sampai fase berat, umumnya susah ditolong.

Dalam masalah ini, warga diharapkan supaya terbuka, tidak boleh telat mendapatkan perawatan. Dari beberapa kasus yang dijumpai, ada pasien cuman di RS sepanjang 2 hari sudah meninggal dunia. Maknanya yang berkaitan sudah terlambat dalam memberikan laporan diri. Jika dapat warga memberikan laporan sedini mungkin supaya bisa segera memperoleh perawatan.

Baca juga : Ada Apa, PPKM Bali Masih Level 4 walaupun di Sejumblah Daerah Turun

“Warga diharapkan terbuka, supaya segera memberikan laporan dianya sedini mungkin ke sarana kesehatan paling dekat, untuk segera memperoleh perawatan. Janganlah sampai telah tiba fase berat baru melapor, pasti susah teratasi,” katanya.